SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pengemudi Gojek mengantar barang pesanan di GoMart. (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Kartel daging ayam membuat KPPU mulai menyiapkan pencegahan. Di antaranya membuat aplikasi distribusi ayam bersama Gojek.

Solopos.com, JAKARTA — Kerja sama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dengan jasa logistik berbasis online telah memasuki tahap baru. Penjajakan di sektor distribusi barang itu sudah masuk dalam agenda perancangan sistem.

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Dengan begitu, jalan panjang rantai distribusi bisa dipangkas hingga 50% dan praktik kartel dapat dilibas. Ketua KPPU Syarkawi Rauf mengatakan pihaknya telah bertemu dengan pendiri salah satu aplikasi transportasi online yaitu GoJek. Pihaknya mendorong GoJek untuk membuat aplikasi distribusi semacam GoBox yang mampu menjadi platform bisnis antara konsumen dan produsen dalam jumlah besar.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saya sudah bertemu Nadiem Makarim [pendiri GoJek]. Dia menyambut baik kerja sama ini. Dan mereka sedang merancang sistem nya. Kalau untuk masalah sistem IT mereka lebih paham. Nanti detailnya tanya saja ke dia,” katanya kepada Bisnis/JIBI, Jumat (18/3).

Lebih lanjut, KPPU akan mengajak Menteri Pertanian untuk melihat tahapan final sistem distribusi online yang dirancang oleh GoJek. Kali ini, pihaknya sedang menggarap uji coba distribusi online pada komoditas ayam. Nantinya, komoditas lain seperti daging, beras dan bawang akan dirancang di tahap selajutnya.

“Kami uji coba di komoditas ayam dulu. Selanjutnya bisa berkembang di komoditas lain yang juga urgent [mendesak] seperti daging dan beras,” terangnya.

Syarkawi menjelaskan aplikasi distribusi dalam jaringan (daring) mampun memangkas rantai distribusi hingga 50%. Data dari KPPU menunjukkan harga ayam yang jatuh ke konsumen telah mencapai Rp36.000 sampai Rp40.000 per kilogram. Padahal harga ayam di kandang hanya sekitar Rp18.000 per kilogram.

Menurut dia, ada permainan tidak wajar pada proses distribusi. Selisih ayam di kandang dengan ayam yang dijumpai konsumen di pasar terlampau jauh. Dengan aplikasi GoJek, harga ayam di kandang yang hanya Rp18.000 bisa didapatkan konsumen di pasar maksimal Rp25.000. Hal itu diklaim dapat menstabilkan harga ayam di pasaran.

Kerja sama yang pertama kali diinisiasi oleh KPPU dan GoJek ini dinilai memberikan efek domino yang luar biasa dalam hal persaingan usaha. Selain dapat menekan margin karena harga ayam di kandang dan harga relatif sama dengan harga ayam di pasar, distribusi online juga dapat menguntungkan dua belah pihak yang bertransaksi.

Peternak, lanjut dia, akan diuntungkan karena ceruk pasarnya menjadi lebih pasti dan harga pembelian mereka akan lebih tinggi. Di sisi lain, konsumen juga diuntungkan karena tidak perlu merogoh kocek lebih dalam karena harga ayam di pasar tidak melejit hingga Rp40.000. “Aplikasi dirancang sesimpel mungkin, agar peternak dengan mudah memesan mobil boks untuk mengangkut ayam pesanannya,” tuturnya.

Apabila distribusi ayam melalui GoJek sudah berjalan, KPPU akan mengaplikasikan langkah serupa pada komoditas beras. Jadi, kata Syarkawi, sentra beras langsung dapat didistribuskan ke kantin, restoran atau katering. “Ngapain restoran punya gudang beras. Itu nambah ongkos dan potensi beras rusak cukup besar jika disimpan di gudang,” ujarnya.

Ketika dimintai konfrmasi oleh Bisnis/JIBI, pendiri dan CEO GoJek Nadiem Makarim tidak memberikan jawaban terkait perkembangan kerjsama antara perusahaan dengan KPPU. Sejak Jumat (18/3/2016), telepon dari Bisnis/JIBI tidak diangkat dan pesan melalui aplikasi WhatsApp pun hanya dibaca tanpa diberi jawaban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya