SOLOPOS.COM - Mustofa di sela-sela Relaunching Showroom di Jalan Kaliurang Km 10, Ngaglik, Sleman, Kamis (26/11/2015). (JIBI/Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)

Karpet lokal lebih diminati oleh warga Jogja daripada karpet impor

Harianjogja.com, SLEMAN- Penjualan karpet impor di DIY belum mampu mengalahkan dominasi karpet lokal. Selisih harga antar keduanya menjadi salah satu sebabnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pengelola Al-Hafeezh Karpet Mustofa mengatakan, segmen karpet impor lebih mengarah pada kalangan menengah atas. Penyebabnya karena harga karpet impor lebih mahal dibandingkan karpet lokal.

Untuk harga karpet impor ukuran 160cm x 230cm harganya dikisaran Rp4 juta hingga Rp5,5juta. Padahal, harga karpet lokal hanya ratusan ribu hingga Rp1 jutaan.

“Harga karpet baik impor tergantung ketebalan, kepadatan dan bahannya. Ada yang menggunakan bahan sintetis, domba dan sutera. Masing-masing Negara memiliki motif dan corak yang berbeda. Untuk karpet impor yang paling murah di sini Rp1,3 juta dengan omzet per bulan rata-rata Rp30 juta,” ujar Mustofa di sela-sela Relaunching Showroom di Jalan Kaliurang Km 10, Ngaglik, Sleman, Kamis (26/11/2015).

Dijelaskan dia, karpet-karpet impor yang di pasarkan di Indonesia tidak hanya berasal dari Turki. Beberapa produk juga dikirim Afganistan, Iran, China, India dan Pakistan. Menurutnya, harga produk handmade lebih mahal dibandingkan produk pabrikan.

“Paling bagus bahan dari sutera dari Iran, 100 persen sutera. Harganya bisa mencapai miliaran rupiah tergantung luas karpet. Kalau yang handmade bulu domba harganya bisa Rp60 juta hingga Rp90 juta,” terang dia.

Tren penjualan karpet impor di Jogja, kata Mustofa, lebih pada corak dan warna yang minimalis. Namun, beberapa pelanggan juga mencari corak dan warna klasik. Meski begitu, rata-rata konsumen suka mencari karpet yang tebal.

“Tidak semua karpet tebal itu mahal. Semua tergantung bahan dan kualitas barangnya. Karpet handmade bulu domba sebenarnya lebih sulit perawatannya dibandingkan produk pabrikan,” jelasnya.

Pihaknya memberikan penawaran khusus bagi konsumen dengan potongan harga hingga 25%. Selain itu, pihaknya memberikan layanan servis cuci karpet khusus untuk handmade.

“Di Jogja, pasarnya lebih banyak menengah ke bawah seperti kalangan mahasiswa. Makanya, produk karpet lokal lebih banyak terjual dibandingkan karpet impor,” ujar Mustofa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya