SOLOPOS.COM - Jepretan fotografer buku biografi Waldjinah, Rio Djoened di ruang piringan hitam Lokananta. Waldjinah (tengah) mengenakan kebaya desainer Rory Wardana, berpose bersama Sruti Respati (kanan) dan Iin Indriani (kiri).(Istimewa/Rio Djoened)

Maestro keroncong Solo, Waldjinah akan didokumentasikan dalam tiga buku.

Solopos.com, SOLO-Perjalanan karier maestro keroncong Solo, Waldjinah, bakal didokumentasikan dalam bentuk buku biografi. Tak tanggung-tanggung, cerita si Walang Kekek ini bakal ditulis dalam tiga karya sekaligus oleh Komunitas Kebeg Yoni didukung pendukung lain termasuk keluarga.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Ketiga karya tersebut di antaranya buku utama yang berisi perjalanan karier Waldjinah sejak masih kecil hingga sekarang. Tak hanya karier, dalam tulisan revisi ini penulis menonjolkan human interest seorang maestro keroncong seperti kisah cintanya, cerita menghadapi penggemar yang berlebihan, dan kisah menggelikan saat ia harus menahan buang air kecil lama selama manggung.

Buku ini ditulis Komunitas oleh Kebeg Yoni, Widhi Hardianto Soebekti, dan Ning Hening. Ning saat berbincang dengan Solopos.com di Hartono Mall Solo Baru, Senin (28/8/2017), mengatakan proyek ini dimulai 2015. Mereka mencetak mandiri buku biografi Waldjinah. Setelah itu mereka diajak kerjasama oleh Budi Paramita dari PT Dian Record untuk membuat project tiga buku biografi.

Ning menambahkan buku kedua berisi tentang narasi foto Waldjinah mulai dokumentasi lama, hingga ilustrasi gambar masa kecil. Biografi foto ini didukung dua fotografer Surabaya Rio Djoened, dan Cak Dauri. Penggarapan karya ini juga didukung desainer Rory Wardhana dan tiga pesinden Solo Sruti Respati, Endah Laras, serta Iin.

Sesi pemotretan dilakukan di beberapa tempat seperti Lodji Gandrung, RRI, Lokananta, Parambanan, dan rumah pribadi keluarga Waldjinah. Tempat tersebut, kata Ning, memiliki sejarah panjang dengan perjalanan kariernya.

“Misal seperti di RRI, itu Bu Waldjinah berpose di tempat yang sama seperti tahun 1958. Ketika ia memenangkan Ratu Kembang Kacang,” kata dia.

Terakhir, bukunya berbentuk diskografi lagu. Yang berisi kumpulan tembang-tembang masterpiece Waldjinah sejak pertama berkarier. Buku tersebut dilengjkapi dengan lagu, not angka, not balok, syair, dan kisah lagu. Not angka dan balok ini ditulis langsung oleh dua anaknya Bambang Heri Santosa, dan Ary Mulyono. Project biografi kata Ning ditarget rilis saat ulang tahun Waldjinah akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya