Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya
Sardiyanto menuturkan, warung yang dibukanya sejak tujuh tahun silam itu awalnya memang memanfaatkan peluang warung makan yang bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dipilihnya nasi kare sebagai menu utama jualannya, Sardiyanto mengatakan hal itu didasari atas survei yang dilakukannya di sejumlah tempat di Boyolali.
“Memang awalnya mencari peluang. Awalnya, kami akan membuka warung Sembako. Tetapi pertimbangannya untuk Sembako perputaran uang kurang cepat. Sehingga, diputuskan untuk membuka warung makan nasi kare,” ungkapnya. Menurut Sardiyanto, nasi kare yang dijualnya itu pun juga berbeda dengan nasi kare pada umumnya. Terlebih isian menu yang ada. Di warungnya tersebut, nasi kare yang dijual RP 4.000/mangkok atau Rp 5.000/piring itu berisi sayuran seperti irisan wortel dan kentang goreng, serta mihun atau soun. Tidak lupa beberapa iris daging ayam. “Biasanya ada warung yang menambahkan kecambah atau kol. Tetapi nasi kare yang saya jual tidak saya beri kedua sayuran itu,” jelas dia.
Warung yang buka sejak pukul 07.00 WIB itu memang memberikan alternatif pilihan untuk sarapan bagi warga Boyolali dan sekitarnya. Terlebih dengan makanan pelengkap nasi kare, seperti tahu dan tempe goreng, bakwan, maupun karak dan kerupuk.Sardiyanto menambahkan, warungnya dinamai Karenan lantaran menyesuaikan dengan istilah yang sering dipakai para pengunjung warungnya. Biasanya, jelas Sardiyanto, pengunjung suka bikin janji dengan teman-teman mereka bertemu di warungnya yang berada sekitar 500 meter di sebelah barat Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Boyolali ini. “Mereka biasa bilang warung karenan. Nah, Karenan itu juga bisa diartikan ‘Kare-ne enak tenan,’” jelasnya.
Diakuinya, untuk tetap menarik pengunjung datang, Sardiyanto sadar akan pentingnya rasa yang dihasilkan dalam racikan nasi kare itu. Dirinya memilih untuk menaikkan harga jual, karena bahan-bahan dasar pembuat nasi kare mengalami kenaikan, demi menjaga cita rasa kare yang tetap. Selain itu, jelasnya, dirinya juga menggunakan bahan-bahan yang segar untuk setiap masakan nasi kare tiap harinya. Bahkan, santan kare harus dibuatnya sebelum warungnya buka.
“Sebelum subuh saya sudah kulakan bahan-bahan ke pasar. Kemudian baru kami racik, serta menggunakan santan segar dengan memeras kelapa pada hari itu juga,” jelas dia. Selain itu, dirinya juga tidak pernah menambahkan bahan-bahan pengawet di masakannya. Warna kuning di nasi kare, dihasilkan dari kunyit segar, serta pemberian jahe dan beberapa rempah-rempah lainnya. Dijelaskan Sardiyanto, dalam sehari, dirinya mampu menjual lebih dari 150 mangkok dengan omzet sekitar Rp 1,5 juta/hari.Sementara, salah seorang pengunjung, Yudi, mengatakan dirinya mengaku ketagihan dengan nasi kare yang tidak bersantan kental. “Rasa yang dihasilkan di nasi kare itu sudah pas dan tidak terlalu kental santan kuahnya,” pungkas dia.
Ahmad Mufid Aryono