SOLOPOS.COM - Tri Sukemi,40, pelaku usaha mikro tengah memproduksi peyek di Jogonalan, Wates. Usahanya berkembang setelah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan mikro. (JIBI/Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

Tri Sukemi,40, pelaku usaha mikro tengah memproduksi peyek di Jogonalan, Wates. Usahanya berkembang setelah mendapatkan kredit dari lembaga keuangan mikro. (JIBI/Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

Wanita berjilbab warna krem itu terlihat cekatan mengaduk-aduk adonan tepung adonan tepung terigu di sebuah wadah berwarna hijau. Secepat kilat, adonan demi adonan tersebut dicelupkan ke dalam wajan berisi minyak panas..cus..cus..cus..adonan itu pun menguning jadi peyek, garing dan tipis.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Aroma khas pun langsung menyeruak, mengundang selera siapa saja yang menghirupnya. Setelah matang sempurna, peyek-peyek tersebut dipindahkan ke wadah lainnya untuk ditiriskan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik bening, dan siap dipasarkan.

Ekspedisi Mudik 2024

Usaha ini sudah saya jalankan dari 2010 lalu,” ujar Tri Sukemi,40, warga Jogonalan, Wates, saat ditemui di belum lama ini.

Sebelumnya, wanita yang pernah menjadi pemandu wisata ini membantu usaha sang suami, membuka tempat penitipan sepeda motor 24 jam.

Di tengah waktu luangnya itulah, iseng-iseng, ia membuat aneka camilan seperti peyek, sambeling kering kulit melinjo dan lanting. “Waktu itu ada yang coba terus bilang enak. Saya makin bersemangat,” kenang ibu satu putri ini.

Ia kemudian mulai berpikir untuk menekuni bisnis tersebut, secara serius. Langkah pertama ia lakukan dengan meminjam uang sebesar Rp1 juta dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Binangun Wates, untuk dijadikan modal. Tak dinyana, usaha tersebut perlahan makin berkembang hingga berbagai produk dengan merk Emmy tersebut sudah mencapai hampir semua wilayah DIY, serta Purworejo, Jawa Tengah.

“Di daerah wisata Pantai Glagah, produk camilan saya sudah masuk ke semua hotel di sana. Makin lama makin berkembang, saya bingung karena kurang tenaga kerja. Karena itu saya kemudian mengundang tetangga sekitar untuk turut membantu dengan sistem nge-sub,” ceritanya penuh semangat sembari tersenyum.

Akan tetapi, walau sudah bisa dibilang mulai maju, seperti industri kecil lainnya, Enny mengaku mengalami kesulitan di bidang pemasaran. Bukan sulit mencari pasar, tapi sulit mencari tenaga pengantar berbagai produk tersebut.” Lha bayangkan saja harus mengantar dari Jogja sampai Purworejo,” tambah dia.

Usaha peyek Tri Sukemi merupakan salah satu gambaran bergairahnya usaham mikro di Kulonprogo yang menggunakan modal dari LKM. Kasubbag Koperasi UMKM dan Penanaman Modal Setda Kulonprogo, Sri Wahyuniarto menceritakan semenjak dibentuk 2007 lalu, 88 LKM yang tersebar di sleuruh desa yang ada di Kulonprogo mendapat dana hibah dari pemeirntah sebesar Rp44 Milyar.

Hingga 2011, sudah ada peningkatan menjadi Rp60 Milyar. ”Kalau data terakhir saya tidak ingat, tapi tentunya lebih dari Rp60 Milyar itu. Ini menjadi gambaran fungsi pentingnya LKM,” ulasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya