SOLOPOS.COM - Upacara Wahyu Kliyu diselenggarakan di Kecamatan Jatipuro, Karanganyar, Minggu (15/9/2019). (Solopos/Sri Sumi Handayani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Pemkab Karanganyar mengusulkan dua upacara adat sebagai warisan budaya tak benda. Dua upacara ada itu yakni Wahyu Kliyu dan Mondosiyo.

Usulan disampaikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kepala Seksi Cagar Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Karanganyar, Sawaldi, menyampaikan usulan itu sudah disampaikan sejak 2018 lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemkab kembali mengusulkan pada 2019 ini karena permohonan pada 2018 terlambat dari waktu yang ditentukan. Upacara adat Wahyu Kliyu diselenggarakan setiap 15 Sura/Muharam.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Jadi Ikon Wisata Budaya di Jatipuro Karanganyar, Apa Itu Wahyu Kliyu?

Bahkan acara diselenggarakan dua hari sejak Sabtu (14/9/2019), dimulai dari menyebar ribuan apam untuk warga di jalan raya depan Kantor Kecamatan Jatipuro. Wahyu Kliyu merupakan tradisi mengharap berkah, wujud syukur atas rezeki, dan permohonan keselamatan kepada Yang Maha Kuasa.

Sedangkan upacara adat Mondosiyo di Dusun Pancot, Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, merupakan ungkapan syukur masyarakat kepada Tuhan karena memberikan kemudahan dan kesehatan.

Upacara adat ini diwarnai pertunjukan sejumlah kelompok Reog, percikan banyu badek (berbau asam), dan berebut ayam setiap tujuh bulan sekali pada Selasa Kliwon, Wuku Mondosiyo.

“Mondosiyo di Karanganyar banyak tetapi yang di Pancot ini unik karena setiap kegiatan menyebar ayam. Sudah kami ajukan menjadi warisan budaya tak benda ke Provinsi Jateng,” kata Sawaldi saat berbincang dengan Solopos.com, belum lama ini.

Baca juga: Ritual Mondosiyo yang Mempersatukan Keberagaman di Candi Cetho

Proses saat ini adalah menunggu seleksi administrasi Pemerintah Provinsi Jateng. Pemkab sudah melengkapi berkas permohonan, salah satunya kajian akademis.

Sawaldi menyampaikan Wahyu Kliyu sudah memiliki kajian akademis dari salah satu mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) yang meneliti upacara adat tersebut.

“Mondosiyo sudah dikaji salah satu perguruan tinggi di Soloraya. Kami minta hasil kajian itu. Kami optimistis Wahyu Kliyu dan Mondosiyo lolos seleksi administrasi. Ini warisan budaya yang bernilai positif, yakni kebersamaan, gotong royong yang wajib dilestarikan,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya