SOLOPOS.COM - Ilustrasi prostitusi (Dailymail)

Solopos.com, KARANGANYAR — Geliat aksi prostitusi di eks lokalisasi Dangkrong Indah (DKI) Dukuh Nglano, Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar terus berlangsung. Bahkan, bukan hanya pada malam hari, aktivitas prostitusi terselubung juga berlangsung saat siang hari.

Walaupun harus kucing-kucingan dengan aparat, para pekerja seks komersial (PSK) dari berbagai daerah se-Soloraya mendatangi lokasi yang ditutup pascareformasi itu. Warga Sragen yang telah bertahun-tahun melakoni pekerjaan itu, Sm, 35, mengakui aksi prostitusi terselubung di tempat tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti upayanya lepas dari pekerjaan tabu itu, demikian pula halnya aktivitas prostitusi di Dangkrong Indah. Sm, sempat mencoba menanggalkan labelnya sebagai peremuan penghibur dengan bekerja di pabrik, nyatanya sang suami justru menyuruh ibu dua anak itu kembali menggeluti bisnis ilegal tersebut.

“Setiap hari diantar suami. Suami saya sendiri bekerja di pabrik. Dari pagi sampai malam, saya di sini [Dangkrong]. Dijemput sekitar pukul 21.00 WIB, kadang pukul 24.00 WIB. Tidak pasti,” kata dia, saat dijumpai Solopos.com di eks lokalisasasi Dangkrong Indah itu, Kamis (18/9/2014).

Wanita berparas ayu itu hanya bisa tertawa, saat Solopos.com mencoba bertanya berapa tarif dalam sekali kencan. Ia hanya menjawab, ”Sedikit.”

Setiap hari, sambung dia, Sm selalu mengais rupiah di Dangkrong. “Kecuali saat ada hajatan tetangga, saya tidak ke sini,” kata dia.

Sm mengaku rutin mengikuti voluntary counselling test (VCT) yang digelar Komisi Penanggulangan Aids (KPA) agar tahu bagaimana kondisi kesehatannya. “Setiap kali ada kegiatan VCT, saya mengikuti. Dari kali pertama. Saya menyadari pekerjaan ini penuh risiko,” ujar dia.

Kendati begitu, ia mengatakan suaminya enggan ikut VCT. Sibuk menjadi alasan utama sang suami tak mau repot ikut VCT.

Harus Pakai Kondom
Kisah lain diungkapkan, Mn, 40, wanita asal Wonogiri. Setelah tiga tahun bercerai dari sang suami, ia kembali melakoni pekerjaan sebagai PSK. Hasil yang didapatnya setiap hari, ia kirimkan untuk orang tua dan keponakannya.

“Saya tidak punya anak, cuma ada keponakan. Sudah sekitar tiga tahun saya mencari pelanggan di sini. Upahnya memang tidak besar, tapi bisa untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkapnnya.

Mn selalu meminta para pelanggan yang menggunakan jasanya untuk memakai kondom. Jika mereka menolak, Mn memilih membatalkan kencan.

“Ada yang tidak mau pakai kondom. Kalau begitu, mending tidak jadi. Terlalu berisiko,” ujarnya. Dikatakannya, setiap hari selalu ada pelanggan yang menggunakan jasanya. Saat pasaran Pasar Nglano saat Pon, kata dia, jumlah pelanggan bertambah banyak.

Sementara informasi dari berbagai sumber menyebut jumlah PSK di eks lokalisasi itu berjumlah lebih dari 20 orang saat hari biasa dan bertambah hingga 40-an orang saat hari pasaran setempat, Pon. Mayoritas PSK adalah pendatang yang berasal dari Soloraya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya