SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR — Kabupaten Karanganyar meraih peringkat tiga penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Berkelanjutan tahun 2018.

Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek, menyerahkan penghargaan STBM Berkelanjutan kepada kabupaten/kota dan provinsi di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Jakarta, Kamis (18/10/2018).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sekretaris Daerah (Sekda) Karanganyar, Samsi, mewakili Bupati Karanganyar, Juliyatmono, menerima penghargaan itu.

Pemberian penghargaan STBM Berkelanjutan kali pertama dilaksanakan. Penghargaan tersebut kategori STBM Eka Pratama atau memenuhi satu pilar STBM.

Pilar STBM yang telah dipenuhi adalah 100% warga tidak buang air besar sembarangan (BABS).

Kabupaten Karanganyar sudah mendeklarasikan sebagai Kabupaten Stop BABS dan Tuntas Akses Sanitasi Menyeluruh pada November 2017.

Sasaran program itu perilaku agar tumbuh rasa butuh terhadap sanitasi layak sehingga tidak BABS dan fisik jamban sehat sesuai standar sehingga tidak mencemari lingkungan.

Sekda menyampaikan capaian itu kerja bersama pemerintah, masyarakat, perusahaan dan BUMN/BUMD melalui program corporate social responsibility (CSR), dan lain-lain.

Samsi menjelaskan kerja berat menyelesaikan persoalan BABS. Salah satu penyebabnya adalah  program itu menghadapi dua karakter orang, yakni kelompok mampu tetapi terkendal budaya dan kelompok tidak mampu.

“Pemerintah menggarap kelompok mampu tetapi terkendal budaya dengan cara menyentuh secara psikologi. Kalau kelompok tidak mampu digarap dengan kebijakan dan alokasi dana. Kalau mengandalkan pemerintah enggak mampu. Lewat CSR, Baznas, Bank Jateng, dana desa, dan lain-lain,” kata Samsi saat berbincang di lobi kantor Sekda Karanganyar, Jumat (19/10/2018).

Setelah program stop BABS rampung, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar menggarap “proyek” lain. Samsi menyebutnya sebagai proyek yang banyak dihindari orang.

“Berbicara kesehatan lingkungan itu salah satunya tentang keterlambatan sedot lumpur tinja. Standar lima tahun. Nah orang itu kalau belum mampet belum disedot. Kami alokasikan dana untuk 2.000 keluarga miskin gratis sedot tinja. Gandeng Baznas lagi bertugas di masjid dan musala. Setelah selesai menyasar ke sekolah,” tutur dia.

Setelah pilar pertama dari lima pilar STBM rampung, Samsi menyebut tantangan lain. Menurutnya tantangan berikutnya bukan menyelesaikan pilar kedua hingga kelima, tetapi memastikan budaya orang tidak kembali ke sebelum program stop BABS.

“Harus bertahan. Jangan sampai budaya kembali ke budaya lama. Satu kecamatan sudah deklarasi lima pilar STBM, yakni Kecamatan Jumapolo. Menyusul desa lain. Berangkat dari desa dulu,” tutur dia.

Lima pilar STBM adalah berhenti buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Samsi berharap masyarakat memiliki kesadaran mandiri dimulai dari diri sendiri di rumah masing-masing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya