SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRI — Kapolres Wonogiri, AKBP Uri Nartanti Istiwidayati, mengaku mendapat banyak pesan via aplikasi Whatsapp (WA) seusai peristiwa penembakan residivis pembunuhan, Andri Novianto alias Wondri, Selasa (20/8/2019) malam lalu.

Mayoritas pesan WA itu dari orang yang mengaku pernah menjadi korban aksi kriminalitas Wondri. Mereka menginformasikan kepada Kapolres soal tindak kejahatan Wondri yang selama ini tidak berani mereka laporkan karena takut keselamatan mereka terancam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kebanyakan dari mereka adalah pelaku usaha yang pernah diancam dan dimintai uang secara paksa oleh Wondri. Ada pula perorangan yang pernah dianiaya dan dimintai uang pula.

Hal itu diungkapkan Kapolres saat jumpa pers terkait bantahan ihwal isu Wondri meninggal karena dieksekusi. Kepada wartawan yang hadir di Mapolres Wonogiri, Kamis (22/8/2019), Kapolres mengatakan perbuatan Wondri selama ini meresahkan masyarakat.

Polisi mencatat ada belasan tindak kriminalitas yang dilakukan Wondri sejak 2008, seperti perampokan, pembunuhan, dan perampasan. Atas kejahatannya itu dia dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan, Cilacap, selama lebih dari 15 tahun.

Setelah keluar dari penjara dia berulah lagi di Wonogiri, yakni merampas uang warga Kecamatan Wonogiri pada Desember 2018. Saat itu polisi menembak kakinya karena berusaha melarikan diri saat ditangkap.

Wondri kemudian dipenjara lagi di Rutan Wonogiri. Dia keluar penjara pada 25 Juli lalu. Setelah bebas, polisi menerima enam laporan tindak pidana yang dilakukan Wondri, termasuk penganiayaan warga Kaloran yang membuat korban mengalami luka sabetan senjata tajam (sajam).

“Belasan itu yang dilaporkan. Yang tidak dilaporkan jauh lebih banyak lagi. Para korban tidak berani melapor karena diancam akan dibunuh. Wondri ini kan pernah membunuh orang, jadi warga takut. Dalam sepekan dia beraksi dua hingga tiga kali di wilayah kota. Terakhir Wondri minta uang keamanan di Kartika [toko aksesori HP] dan Titoti [warung bakso] di dekat Pasar Kota Wonogiri,” ulas Kapolres.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, kabar kematian Wondri menimbulkan berbagai asumsi. Orang memperbincangkannya secara langsung maupun melalui aplikasi percakapan, seperti WA.

Ada asumsi bahwa polisi mengeksekusi Wondri di Gunung Gandul, kawasan kota Wonogiri. Bahkan, kerabat Wondri di Bauresan, Giritirto, Wonogiri, juga mengaku mendengar kabar tersebut. Kerabat Wondri menyebut berdasar informasi yang berkembang ada warga yang melihat ambulans menuju Gunung Gandul.

Wondri meninggal akibat ditembak polisi pada Selasa malam. Polisi terpaksa melepaskan tembakan ke arah Wondri karena residivis itu merebut senjata milik petugas dan mengacungkannya ke arah petugas.

Petugas sempat melepaskan tembakan peringatan ke atas supaya Wondri menyerah namun Wondri tak menggubris. Akhirnya polisi melepaskan tembakan yang mengenai bagian depan tubuh Wondri. Peristiwa itu terjadi beberapa saat setelah Wondri ditangkap karena mengamuk di toko aksesori handphone (HP) Kartika di kawasan kota Wonogiri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya