SOLOPOS.COM - Seorang pejuang Abu Sayyaf (kiri) berpose dengan militan dari Malaysia dan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 2015 (straitstimes.com)

Kapal Indonesia dibajak oleh kelompok militan Abu Sayyaf.

Solopos.com, JAKARTA – Dua kapal berbendera Indonesia disandera kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina. Mereka meminta uang tebusan sebesar 50 juta Peso atau setara Rp14 miliar. Sejak Sabtu (26/3/2016), pemilik kapal ternyata sudah dua kali dihubungi kelompok Abu Sayyaf

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menlu Retno Marsudi menyampaikan bahwa yang menjadi prioritas adalah keselamatan 10 ABK berkebangsaan Indonesia.

Ekspedisi Mudik 2024

“Sekali lagi, prioritas kami adalah keselamatan 10 WNI yang masih disandera,”tegas Menlu Retno di ruang Palapa, Kemlu RI (29/3/2016).

Menlu Retno mengatakan Kementerian Luar Negeri menerima informasi awal dari sejumlah pihak mengenai adanya dua kapal berbendera Indonesia yang dibajak dan 10 WNI awak kapal yang disandera di perairan Filipina pada Senin (28/3/2016). Berdasarkan info awal tersebut, Kemlu telah melakukan penelusuran dan komunikasi dengan pemilik kapal serta sejumlah pihak di Indonesia dan Filipina.

“Penyelidikan lebih lanjut mengkonfirmasi telah terjadi pembajakan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 7.000 ton batubara dan 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia,” demikian kata Menlu Retno sebagaimana dilansir di situs resmi Kementerian Luar Negeri, Selasa (29/3/2016).

Retno melanjutkan tidak diketahui persis kapan kapal dibajak, hanya pembajakan tersebut dilakukan saat kedua kapal dalam perjalanan dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.

Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada, Sabtu (26/3/2016), pada saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf.

Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan saat ini sudah di tangan otoritas Filipina. Sementara itu kapal Anand 12 dan 10 orang awak kapal masih berada di tangan pembajak, namun belum diketahui persis posisinya.

Dalam komunikasi melalui telepon kepada perusahaan pemilik kapal, pembajak/penyandera menyampaikan tuntutan sejumlah uang tebusan. Sejak Sabtu, pihak pembajak sudah dua kali menghubungi pemilik kapal.

Menlu Retno menegaskan bahwa kasus ini akan ditangani dengan cepat dan hati-hati.

“Untuk menangani kasus ini, kami terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait di Indonesia dan Filipina, termasuk dengan Menlu Filipina. Sekali lagi, prioritas kami adalah keselamatan 10 WNI yang masih disandera,”tegas Menlu Retno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya