SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SOLO </strong>– Sebanyak 46 warga atau keluarga dari Kelurahan Manahan, Banjarsari, Solo, yang terdampak <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180308/489/901142/relokasi-warga-manahan-terdampak-proyek-banjir-solo-tertunda-ini-penyebabnya" title="Relokasi Warga Manahan Terdampak Proyek Banjir Solo Tertunda, Ini Penyebabnya">proyek Penanganan Banjir</a> Kota Solo Paket 3 (Kali Pepe Hulu) belum juga membangun rumah baru di Desa Tepisari, Polokarto, Sukoharjo.</p><p>Sekretaris Pokja Relokasi Warga Manahan, Tumino, tidak mengetahui pasti penyebab 46 warga Manahan itu belum mulai membangun rumah baru di Tepisari. Yang jelas, kata dia, warga Manahan terdampak proyek Balai dari Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) tersebut masih mengantongi dana bantuan sosial dari pemerintah senilai Rp12,8 juta untuk membangun rumah baru.</p><p>Total dana bansos yang diberikan kepada warga terdampak proyek itu senilai Rp34,2 juta/rumah. Dari jumlah tersebut, dana Rp21,4 juta telah dipakai membeli tanah dan mengurus sertifikat.</p><p>&ldquo;Sebetulnya kalau ada niat pasti ada jalan untuk <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180102/489/881662/warga-manahan-terdampak-penanganan-banjir-kali-anyar-solo-pindah-ke-polokarto" title="Warga Manahan Terdampak Penanganan Banjir Kali Anyar Solo Pindah ke Polokarto">membangun rumah.</a> Sekarang baru 60-an rumah yang sudah jadi atau masih dalam proses pembangunan. Masih ada 46 kaveling tanah di Tepisari yang masih kosong karena belum dibangun rumah,&rdquo; kata Tumino saat diwawancarai <em>Solopos.com</em>, pekan lalu.</p><p>Tumino menduga puluhan warga yang belum membangun rumah baru di Tepisari kini hidup mengontrak atau menyewa kamar indekos. Ada juga yang tinggal menumpang di tempat tinggal kerabat.</p><p>Pengurus Pokja Relokasi Warga Manahan berkomitmen akan terus mendampingi warga Manahan terdampak proyek hingga membangun rumah baru di Tepisari. Pengurus Pokja menyarankan warga meminjam uang ke bank untuk membangun rumah baru.</p><p>&ldquo;Warga harus mengontrak atau tinggal menumpang di rumah saudara. Kami kan tidak diberi kesempatan untuk tinggal lebih lama lagi di bantaran Kali Anyar hingga proses pembangunan rumah baru selesai,&rdquo; jelas Tumino.</p><p>Sesuai arahan pejabat Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanakan (Disperum KPP) Solo, semua warga yang telah mendapat dana bansos dari Pemkot wajib membangun rumah baru di tanah yang sudah dibeli atau dipilih sendiri.</p><p>Jika tak membangun rumah, warga tidak akan mendapatkan sertifikat tanah di Tepisari. Tumino mengajak semua warga Manahan terdampak proyek Penanganan Banjir Kota Solo untuk sama-sama berjuang membangun rumah baru.</p><p>Dia menganggap kecil peluang bagi warga Pemkot bakal mengeluarkan dana bansos tambahan. &ldquo;Rencananya semua warga tetap akan membangun rumah baru. Intinya, kalau mengingnkana sertifikat tanah warga harus membangun rumah dulu. Susah jika warga hanya menuggu atau berharap Pemkot memberikan bantuan dana lagi. Paling mungkin Pemkot mau membantu menyediakan alat berat untuk keperluan menata lingkungan di Tepisari,&rdquo; jelas Tumino.</p><p>Bukan hanya warga Manahan, sejumlah warga Kelurahan Nusukan terdampak proyek <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180510/489/914861/warga-relokasi-kali-anyar-solo-tak-punya-uang" title="Warga Relokasi Kali Anyar Solo Tak Punya Uang">Penanganan Banjir</a> Kota Solo Paket 3 juga belum membangun rumah baru di tempat relokasi. Warga Kampung Praon, Nusukan, Sarjono, 51, meyakini kendala warga belum membangun rumah baru karena tak punya dana.</p><p>Dana bansos dari Pemkot tidaklah cukup untuk membangun rumah baru siap huni di tempat relokasi yang telah dipilih. Sebagian besar dana bansos telah habis untuk keperluan membeli tanah se luas 4 meter (m) x 10 m dan mengurus setifikat. Warga Nusukan tinggal mengantongi dana sisa Rp2,7 juta.</p><p>Sarjono juga terpaksa meminjam uang ke banyak pihak dan menggadaikan BPKB sepeda motor demi bisa membangun rumah baru di Dusun Kedunggupit, Desa Sawahan, Ngemplak, Boyolali.</p><p>&ldquo;Banyak warga yang belum mulai membangun rumah. Saya rasa kendalanya sama, yakni soal uang. Saya ini membangun rumah juga dengan dana hasil berhutang. Saya pikir lebih baik berutang untuk bangun rumah ketimbang harus keluar uang terus untuk membayar kontrakan atau indekos,&rdquo; kata Sarjono.</p><p><br /><br /></p>

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya