SOLOPOS.COM - Susi Prasetyaningtyas (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Tahun ajaran baru 2022/2023 resmi sudah mulai dilaksanakan serentak pada Juli 2022. Tidak semua provinsi melaksanakannya secara bersamaan, ada yang pekan pertama Juli, ada juga yang pada pekan kedua. Namun, pembelajaran pada tahun ajaran baru ini sangat spesial karena memasuki masa pemulihan pasca pandemi Covid-19.

Selama dua tahun, dunia pendidikan melakukan pembelajaran yang “luar biasa” dan belum pernah terbayangkan sebelumnya, yaitu pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) 100% pun ada yang berbeda, yaitu dengan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 di lingkungan pendidikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelum PTM dimulai, sekolah sudah mulai mempersiapkan kelancaran pembelajaran. Mulai dari penambahan beberapa fasilitas untuk tempat cuci tangan, mengecek persediaan masker, penyediaan sabun cuci tangan, dan persiapan pembukaan kantin sekolah. Ya, kantin sekolah merupakan fasilitas yang tidak bisa dilepaskan dari sekolah. Bahkan sifatnya menjadi urgen untuk siswa yang tidak sempat sarapan atau tidak membawa bekal makanan dari rumah. Adanya kantin sekolah juga memberi perasaan tenang bagi orang tua yang tidak sempat menyiapkan bekal untuk anaknya.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti dalam Rapat Koordinasi Nasional Hasil Pengawasan KPAI terkait PTM 2022 dan PPDB Tahun Ajaran 2022-2023 menyatakan KPAI mendorong dinas pendidikan untuk bekerja sama dengan dinas kesehatan masing-masing daerah untuk membuka kantin sekolah yang bersih dan sehat. Ini merupakan angin segar bagi pengelola kantin sekolah yang sempat mati suri selama pandemi Covid-19. Apalagi sebagian mereka hanya menggantungkan hidup lewat berjualan di kantin sekolah.

Ekspedisi Mudik 2024

Terkait pembukaan kantin sehat di sekolah, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan, Erna Mulati, mengemukakan ada delapan syarat kantin sehat pada masa pandemi Covid-19. Syarat itu harus dipenuhi oleh pengelola kantin di tiap satuan pendidikan.

Pertama, jumlah pengunjung paling banyak 75% bagi wilayah PPKM level I, II, dan III, serta 50% bagi wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level IV. Sesuai Inmendagri Nomor 35 Tahun 2022, pemerintah telah mengubah status PPKM Jawa-Bali berlaku sejak 6 Juli 2022 hingga 1 Agustus 2022. Dengan pemberlakuan PPKM level I, kantin bisa dikunjungi hampir sebagian besar jumlah siswa di sekolah.

Kedua, terdapat sarana cuci tangan air mengalir dan sabun cuci tangan. Ketiga, tersedianya media komunikasi, informasi dan edukasi langkah langkah cuci tangan. Kita yakin bahwa setiap sekolah sudah menyediakan sarana tersebut, bahkan melebihi cukup. Edukasi tentang bagaimana tentang pembiasaan hidup bersih dan sehat (PHBS), salah satunya memuat cara cuci tangan yang benar, juga harus sudah ditempelkan di setiap tempat strategis di sekolah dan setiap siswa bisa membacanya.

Keempat, tersedianya label pengaturan tempat duduk dan antre untuk menjamin jaga jarak. Hal ini agak sulit dilakukan, terutama untuk sekolah kecil yang sarana dan prasarananya belum memadai. Hal ini bisa diantisipasi dengan pengaturan waktu kunjung siswa di kantin sehingga bisa meminimalkan kemungkinan terjadinya kerumunan siswa di kantin.

Kebersihan

Kelima, kondisi kantin yang bersih, adanya tempat sampah tertutup, dan disinfeksi secara rutin. Penciptaan kondisi ini diperlukan kerja sama yang baik dengan petugas kebersihan sekolah. Hindarkan sampah yang tertumpuk di tempat sampah untuk menghindari munculnya lalat. Dengan program disinfeksi secara bertahap minimal dua hari sekali, potensi kontaminasi virus di lingkungan kantin bisa dikurangi.

Keenam, kantin hanya menjual makanan yang sehat dan bergizi, tidak berbahaya, tidak mengandung pewarna, perasa, dan pengawet berbahaya, serta tidak kadaluarsa. Dalam buku Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah untuk Pencapaian Gizi Seimbang yang diterbitkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pangan jajan anak sekolah (PJAS) adalah pangan yang ditemui di lingkungan sekolah dan secara rutin dikonsumsi sebagian besar anak sekolah. PJAS yang sesuai adalah PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi serta disukai oleh anak.

Ketujuh, kantin harus tersedia air bersih untuk mencuci peralatan masak. Peralatan memasak yang bersih dan higienis merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan untuk menciptakan makanan yang sehat.

Kedelapan, penjual makanan harus memakai penutup kepala, celemek, sarung tangan, dan masker. Fungsi penutup kepala untuk menghindari jatuhnya kotoran dari kepala, seperti rambut, ketombe atau kutu saat menyiapkan atau menyajikan makanan.

Pertanyaannya, apakah semua syarat itu bisa dicapi untuk mewujudkan kantin yang sehat? Jawabannya bisa, asalkan ada kerja sama yang baik semua pihak, seperti sekolah, orang tua, serta pengelola kantin sekolah.

Semua dimulai pihak sekolah. Pimpinan sekolah sebaiknya membuat tim yang melibatkan pihak lain yang lebih berkompeten, yaitu dinas kesehatan atau puskesmas setempat. Tim ini secara berkala mengadakan monitoring terhadap kelayakan jajanan yang dijual. Selain itu, tim bisa memberikan edukasi tentang jajanan anak sehat. Bahan makanan apa saja yang sehat, bagaimana cara pengolahan dan pengemasannya, berapa tambahan zat aditifnya, dan lain-lain. Perlu ditambahkan juga informasi tentang makanan kemasan keluaran pabrik yang layak konsumsi serta ketelitian tanggal kadaluarsa.

Sementara itu, yang bisa dilakukan guru sebagai pendidik adalah memberikan materi pembelajaran tentang jajanan anak sekolah yang sehat dan dampak jajanan yang tidak sehat bagi kesehatan. Selain itu, mereka perlu memberikan pengertian kepada anak-anak tentang pentingnya mengonsumsi makanan yang sehat. Anak-anak lebih senang makanan yang warnanya menarik, murah harganya, dan enak rasanya. Perlu ada penanaman kesadaran pada anak-anak bahwa makanan yang sehat tidak selalu enak bagi lidah, tetapi enak bagi tubuh.

Lalu, bagaimana peran orang tua? Orang tua selaku pendamping anak di rumah memiliki peran sangat vital. Untuk mengurangi kerumunan di kantin, orang tua perlu membiasakan anak untuk sarapan dulu sebelum berangkat sekolah. Dengan sarapan, anak-anak terbiasa hidup sehat dan teratur serta kebutuhan energi untuk anak selama pembelajaran sudah tercukupi.

Pengelola kantin sekolah harus lebih baik lagi dalam menyediakan jajanan yang sehat untuk anak. Makanan yang sehat adalah makanan yang cukup kandungan gizi serta tidak banyak mengandung zat tambahan atau aditif buatan. Untuk menarik perhatian anak-anak, jajanan kerap diberi zat pewarna agar lebih mencolok dan menarik, dengan rasa yang kuat.

Sebelumnya, BPOM sudah merilis tentang beberapa zat aditif yang aman dikonsumsi oleh manusia asalkan sesuai takaran yang disarankan. Pengelola kantin hendaknya sudah bisa menakar sendiri zat aditif yang akan digunakan. Jika perlu, sebaiknya mereka membuat jajanan sekolah yang sekali makan. Jika perlu menggunakan zat aditif, gunakan zat aditif yang alami.

Yang perlu ditekankan adalah konsumsi jajanan yang bergizi, sehat, dan higienis akan menciptakan anak-anak, generasi masa depan bangsa yang kuat dan hebat. Mens sana in corpore sano sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Esai ini ditulis oleh Susi Prasetyaningtyas, guru di SMP Negeri 1 Semin, Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya