SOLOPOS.COM - declubz.com

Endang Rahayu Sedyaningsih (FOTO/Antara)

“Sakit. Dadanya terasa sakit sekali,” ujar seorang nenek yang terbaring lemah di ruang perawatan Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (BBKPM) Solo, Selasa (8/5).
Kondisi perempuan tua itu sangat memprihatinkan. Tubuhnya yang sudah
tua terlihat kurus nyaris hanya menyisakan tulang. Sekilas bagian dadanya terlihat membusung keras. Pasien yang berasal dari salah satu daerah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu hanya bisa pasrah berada di ruang perawatan dan bergantung dengan peralatan medis.
Menurut keluarganya, sudah beberapa tahun nenek itu terserang penyakit paru-paru namun tak kunjung sembuh. Beberapa rumah sakit di daerahnya pun telah didatangi. Kini keluarga membawa nenek itu ke BBKPM.
“Sudah berobat ke mana-mana tapi belum sembuh juga,” ujar salah satu cucu nenek itu.
Setelah diperiksa dokter BBKPM, penyakit paru yang dialami nenek itu selama bertahun-tahun dicurigai sebagai penyakit kanker paru. “Itu baru kecurigaan kami,” ujar dokter spesialis paru BBKPM Solo, Riana Sari.
Ia kerap menemui pasien penderita kanker paru yang berobat ke balai paru. Dia mengatakan kanker paru merupakan penyakit yang sulit diobati. Terapi yang diberikan kepada penderita kanker paru pun tidak dapat menyembuhkan namun hanya memperbaiki kualitas hidup pasien.
“Diharapkan dengan terapi tumornya tidak semakin besar dan menyebar. Bibit tumor atau kanker yang ada tidak akan hilang,” katanya.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

declubz.com

Pada kasus mantan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Riana menduga meskipun inti tumor telah dimatikan dengan cara bedah beku namun karena kanker telanjur menyebar akhirnya tidak bisa diselamatkan. Dia mengatakan beberapa upaya untuk menangani penderita kanker paru di antaranya dengan terapi multimodalitas dari mulai pembedahan, kemoterapi hingga radioterapi.

“Kanker stadium satu dan dua bisa dilakukan pembedahan tapi jika sudah stadium tiga dan empat tidak layak operasi tapi perlu kemoterapi dan radioterapi,” katanya.
Akan tetapi sayangnya hingga kini biaya kemoterapi dan radio terapi masih cukup mahal. Biaya awal CT Scan saja butuh dana hingga Rp3 juta belum biaya lainnya.
Dokter spesialis paru Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, Novita Tjahyaningsih, mengatakan sebagian besar RS di Solo bisa menangani pengobatan kanker paru baik pembedahan,
kemoterapi maupun radioterapi.
“Hanya saja kalau kanker paru sudah stadium IV biasanya dokter tidak melakukan tindakan apa-apa. Hanya diobati gejalanya saja misal batuk ya diberi obat batuk. Untuk tindakan atau terapi lain sudah tidak bisa,” katanya.
Pasien yang mengidap kanker paru harus selalu
dibesarkan hatinya. Karena itu, keluarga sebaiknya selalu menjaga pasien agar tidak depresi. “Depresi bisa menyebabkan kondisi pasien semakin parah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya