SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Klaten (Espos)–Kandungan bakteri e coli di sejumlah sumur serta bak penampungan air di kawasan lereng Merapi, Kecamatan Kemalang, Klaten diketahui melebihi ambang batas normal.

Untuk mengantisipasi bahaya penyakit yang ditimbulkan bakteri itu, warga setempat dilarang mengkonsumsi air secara langsung namun harus direbus dulu hingga benar-benar mendidih. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, dr Ronny Roekmito, saat dihubungi Minggu (19/12). Dia menuturkan, berdasarkan penelitian dan uji laboratorium dengan sampel air dari sembilan sumur serta bak penampungan air milik warga beberapa desa di Kemalang, diperoleh kandungan bakteri e coli sangat tinggi. “Kandungannya jauh di atas batas normal, bahkan hingga 100 kali lipat,” jelasnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menuturkan, wilayah yang sampel airnya diteliti adalah desa yang ditinggal warga mengungsi pada awal letusan Merapi, di antaranya Sidorejo, Balerante, Kendalsari, Panggang dan Tegalmulyo. Menurut dia, kandungan bakteri e coli tinggi itu berbahaya bagi kesehatan manusia karena jika terminum bisa menyebabkan diare. Namun jika air direbus dulu hingga mendidih, lanjutnya, aman dikonsumsi warga.

Di sisi lain, Dinkes memprogramkan kaporisasi atau pemberian kaporit pada sumur serta bak penampungan air milik warga. Untuk melaksanakannya, pihaknya berkoordinasi dengan petugas Puskesmas serta kecamatan setempat. Menurut Ronny, sosialiasi juga digelar melalui berbagai cara untuk menyebarluaskan informasi tentang pencegahan diare serta penyakit berbahaya lainnya kepada warga Kemalang.

Terkait tingginya kandungan bakteri e coli, Ronny mengaku belum bisa memastikan. Namun menurutnya, kandungan e coli itu tidak disebabkan abu vulkanik yang sempat menerjang kawasan itu pada saat Merapi meletus. Dia menduga, peningkatan populasi bakteri e coli lantaran kondisi bak dan sumur yang kurang bersih.

Ronny mengatakan, persoalan lain yang perlu diwaspadai adalah populasi lalat hijau yang masih banyak beterbangan di Balerante. Dia menuturkan, upaya fogging belum bisa mengusir lalat sepenuhnya lantaran di kawasan Cangkringan, Sleman yang berbatasan langsung dengan Balerante masih terdapat banyak bangkai ternak yang belum dimusnahkan. “Selama masih ada bangkai, pasti ada lalat. Nanti kami fogging lagi.”

Pada bagian lain, Kepala Puskesmas Kemalang, dr Rudhy Hendratno mengatakan, pihaknya siap menjalankan program dari Dinkes. “Setelah warga pulang mengungsi, Puskesmas juga mengadakan survei sampel air tapi hasilnya belum diketahui,” jelasnya. Dia menuturkan, sejauh ini jumlah pasien diare lebih sedikit dibanding penderita ISPA namun angkanya masih dalam proses rekapitulasi.

rei

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya