SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Kampus Jogja, UNY berinovasi mengolah makanan yang lebih sehat.

Harianjogja.com, SLEMAN-Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat mi lethek menjadi salah satu makanan khas Srandakan, Bantul menjadi makanan siap saji dan dikemas secara modern.  Kreativitas ini juga berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan 2016.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mie lethek atau yang juga disebut mie bendo ini kerap dijumpai di sejumlah warung dan memiliki penggemar tersendiri. Lewat sentuhan tangan Chandra Mardani, Desy Nurhidayah dari prodi PGSD FIP, Fresti Widyaningrum dan Zulfa Azzuhro dari prodi Manajemen FE UNY, selain mie tersebut menjadi lebih modern, mereka juga memberikan varian rasa.

Ketua Tim Chandra Mardani mengatakan dengan adanya mie lethek instan tersebut diharapkan dapat menjadikannya sebagai salah satu oleh-oleh khas Jogja. Apalagi, mie tersebut harganya relatif murah dan sangat khas daerah Bantul.

Mie yang berbahan baku singkong ini berwarna keruh kecoklatan,  karena bahan pembuatan yang berbeda dengan mi biasa yang  terbuat dari tepung terigu. Sedangkan mie lethek berbahan baku tepung singkong Kekeruhan warna mie lethek sekaligus menjadi jaminan, mie ini bebas bahan pemutih.

“Inilah awal mula sebutan mie lethek” kata dia, dalam rilis diterima Harianjogja.com, Senin (4/7/2016).

Sementara itu Fresti Widyaningrum mengungkapkan, cara pembuatan mie lethek instan membutuhkan sejumlah alat seperti  cetakan mie, pengukus, baskom, sendok dan cup sealer. Sedangkan bahan yang dibutuhkan seperti adalah tepung tapioka, tepung mocaf, air dan bumbu tanpa MSG.  Proses pembuatan mie diawali dengan mencampur semua bahan, kemudian dilakukan pengadukan semua bahan menjadi satu hingga terbentuk adonan. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperoleh adonan yang homogen. Pengukusan yang pertama dilakukan untuk memudahkan dalam pembentukan lembaran adonan yang terbuat dari tepung tapioka dan mocaf yang jika dicetak mudah terputus.

“Dengan pengukusan di awal, maka bahan akan lebih lentur dan kematangan mie lebih terjamin” kata Fresti.

Selesai pengukusan, adonan diuleni sampai kalis kemudian masuk ke proses selanjutnya. Pembentukan lembaran (roll sheeting) bertujuan untuk membentuk adonan menjadi lembaran yang tipis, rata, dan elastis. Selanjutnya lembaran adonan tersebut dibelah menjadi untaian-untaian mie menggunakan cetakan. Mie yang telah dicetak kemudian dimasukkan dalam pengukus dan dilakukan proses pengukusan yang kedua agar mie benar-benar matang sebelum dikeringkan. Setelah dilakukan proses pengukusan kemudian mie didinginkan lalu dibentuk sesuai dengan bentuk cup.

Mie yang telah dicetak kemudian dikeringkan menggunakan mesin pengering. Proses pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga mie lebih awet dan memiliki tekstur solid. Setelah kering, dilakukan kontrol kualitas terhadap produk yang dihasilkan sebelum masuk dalam proses pengemasan.

Zulfa Azzuhro menjelaskan bahwa mie yang telah jadi kemudian dimasukkan dalam kemasan cup yang dilengkapi dengan sendok garpu dan bumbunya. Proses pengemasan dilakukan agar mie dapat bertahan lebih lama, terhindar dari kotoran,meningkatkan nilai jual produk serta agar mie tidak mengalami penurunan kualitas sampai ke tangan konsumen. Dalam pengemasan ini dipilih bahan yang aman bagi kesehatan dan lingkungan yaitu bahan yang terbuat dari kertas. Dalam pengemasan ini termasuk paper bowl, sendok garpu, alumunium foil, dan paper bag yang dibuat dengan desain menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya