SOLOPOS.COM - Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIM YKPN) Yogyakarta, menyelenggarakan serangkaian kegiatan Orientasi Kegiatan Akademik (OKA) 2017/2018 bagi Mahasiswa Baru Angkatan 2017/2018 pada 15-16 September 2017. (IST/STIM YKPN)

Kampus Jogja, STIM YKPN menyambut mahasiswa baru dengan kegiatan positif

Harianjogja.com, SLEMAN –– Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIM YKPN) Yogyakarta, menyelenggarakan serangkaian kegiatan Orientasi Kegiatan Akademik (OKA) 2017/2018 bagi Mahasiswa Baru Angkatan 2017/2018 pada 15-16 September 2017. Pada hari kedua OKA, turut diselenggarakan talkshow yang bertema  “Anti Radikalisme  di  Lingkungan Kampus”.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Kegiatan yang digelar di Ruang Multi Purpose Hall Gedung Utama Lantai Basement, Kampus Terpadu STIM YKPN ini mengundang Kepala Polisi Daerah (Kapolda) DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri dan Suharyono dari Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) DIY.

Menurut Ketua Panitia sekaligus penanggungjawab kegiatan, Suparmono, talkshow dilatarbelakangi kasus mahasiswa yang mudah tersulut emosi dan terpengaruh oleh pemikiran pemikiran baru.

“Karena itu, sebagai kaum intelektual, mahasiswa perlu kita bentengi dari pengaruh-pengaruh sesat. Sebagai institusi pencetak generasi penerus bangsa, kampus harus kita bentengi. Jangan sampai terjadi kekerasan di dalam kampus karena dipicu masalah sepele ataupun paham yang berbeda, terutama paham radikal,” papar dia seperti dikutip dari rilis yang Harianjogja.com terima pada Senin (18/9/2017).

Suparmono menyatakan sikap ini sesuai dengan harapan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristedikti) Mohamad Nasir agar kampus steril dari kegiatan radikal maupun propaganda yang bertentangan dengan ideologi bangsa.

Lebih lanjut dia menyampaikan keterbatasan pengetahuan mengenai agama membuat mahasiswa mudah terpengaruh paham yang menyesatkan. Meskipun faktor ini diantisipasi pihak kampus, tetapi pergerakan dan pergaulan mahasiswa di luar kampus menjadi hal yang sulit dikontrol.

“Apalagi waktu terbanyak mahasiswa berada di luar lingkungan kampus. Mudah masuknya paham radikal ke mahasiswa dan generasi muda karena saat ini kolektivitas sosial mereka mulai berkurang akibat lebih banyak menghabiskan waktu dengan gagdet. Hal itu membuat hubungan antar-mahasiswa dan generasi muda menjadi renggang sehingga mereka tidak mempunyai filter untuk menghadapi propaganda radikalisme,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya