SOLOPOS.COM - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof. Arief Hidayat (tengah) berfoto dengan pembicara lain seminar nasional di kampus Unnes, Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang, Jateng, Rabu (16/11/2016). (Unnes.ac.id)

Kampus di Semarang, Universitas Negeri Semarang (Unnes), menggelar seminar di hotel demi membahas revitalisasi ideology dengan Ketua MK menjadi salah seorang pembicaranya.

Semarangpos.com, SEMARANG — Universitas Negeri Semarang (Unnes) menggelar seminar nasional di hotel dengan mengundang Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat sebagai pembicara. Kacaunya orientasi peserta pemilihan umum kepala daerah (pilkada) pun dikupas tuntas.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Ketua MK Arief Hidayat dalam seminar yang diselenggarakan salah satu kampus negeri di Semarang itu menyebutkan bahwa Indonesia saat ini sedang kehilangan arah atau mengalami disorientasi dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

“Selain itu, juga kehilangan kepercayaan, hubungan sosial melemah, serta apa yang sudah menjadi perjanjian luhur luntur atau tidak sebagaimana yang dicita-citakan para pendiri bangsa,” kata Arief dalam Seminar Nasional Revitalisasi Ideologi dalam Arah Global Perspektif Negara Hukum di Hotel Grasia Semarang, Rabu (16/11/2016).

Sebagai contoh disorientasi yang dialami Indonesia, Arief mengulas kekacauan pelaksanaan pilkada yang terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia. Ketidakjelasan orientasi peserta pilkada menjadi sorotannya.

“Dua tahun pertama untuk mencari modal sebanyak-banyaknya, satu tahun berikutnya mencari bunga, dan dua tahun terakhir menjadi petahana, atau sudah dua periode tidak bisa [maju], kemudian istrinya dicalonkan. [Kalau] istrinya bodoh lalu mencari istri lagi untuk dicalonkan. Itu penyakit disorientasi bangsa ini,” ujarnya sambil berseloroh.

Lebih lanjut, Arief memaparkan ada perkembangan ideologi baik di tingkat nasional maupun internasional. Pada tingkat global, kata dia, arahnya cenderung menjadikan dunia satu paham, satu ideologi, dan prinsip-prinsip universal yang diperparah dengan nilai-nilai yang diadopsi berasal dari negara adikuasa atau negara yang dominan berpengaruh di dunia.

“Hal itu mengakibatkan prinsip pegangan hidup yang diterapkan bersifat individualistik, liberalistik, dan kapitalistik,” katanya.

Kendati demikian, Arief menilai Pancasila mampu dijadikan pegangan arahan dan dasar untuk mengantisipasi hal-hal seperti itu. “Pancasila merupakan acuan dasar yang telah disepakati bersama dan merupakan perjanjian luhur para pendiri bangsa yang luar biasa,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya