SOLOPOS.COM - Tampilan laman yang beralamat http://unnes.ac.id/en/the-history-of-semarang-state-university/ konsisten menyebut Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai Semarang State University. (JIBI/Semarangpos.com/Dok.)

Kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) dilarang diterjemahkan namanya karena dianggap menurunkan peringkat perguruan tinggi eks IKIP Semarang itu.

Semarangpos.com, SEMARANG – Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang berkampus di Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) melarang civitas academica-nya menerjemahkan nama perguruan tinggi itu dalam berbaga bahasa. Humas Unnes menyatakan penerjemahan nama kampus dapat menurunkan peringkat universitas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pernyataan itu diungkapkan Humas Unnes melalui media sosial Facebook pada sebuah komentar. Menurut pengelola akun resmi Facebook kampus di Kota Semarang itu, penerjemahan berakibat nama kampus menjadi beragam dan dapat menurunkan peringkat.

[Baca juga Unnes Wajibkan Penulisan Akronim dengan Seluruhnya Huruf Kapital]

Tampilan laman yang beralamat di http://unnes.ac.id/en/the-history-of-semarang-state-university/ konsisten menyebut Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai Semarang State University. (JIBI/Semarangpos.com/Dok.)

Tampilan laman yang beralamat di http://unnes.ac.id/en/the-history-of-semarang-state-university/ konsisten menyebut Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai Semarang State University. (JIBI/Semarangpos.com/Dok.)

“Universitas Negeri Semarang mulai dari sekarang, jangan diterjemahkan ke Bahasa Inggris. Karena menjadi peringkat UNNES anjlok di beberapa pemeringkatan karena nama yang terlalu bervariasi,” begitu pernyataan yang dilontarkan Humas Unnes, Minggu (15/10/2017).

Padahal, sebagaimana dikutip dari Halokampus.com, lima pihak yang sering melakukan pemeringkatan dan bisa dibilang kerap menjadi acuan, tak ada yang memakai nama kampus sebagai salah satu indikator peringkat. Kelima pihak itu adalah Webometrics, 4ICU, QS University Ranking, Times Higher Education (THE) Ranking, dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenistekdikti).

[Baca juga Wajibkan Akronim dengan Huruf Kapital, Unnes Klaim Direstui Ahli Bahasa]

Webometrics dan 4ICU menentukan peringkat universitas dari empat aspek. Aspek yang dipertimbangkan adalah jumlah laman Internet yang terindex di Google; Yahoo; dan Bing, jumlah external link berdasarkan Yahoo Site Explorer, total publikasi dalam format Adobe Acrobat (.pdf); Adobe PostScript (.ps); Microsoft Word (.doc); dan Microsoft Powerpoint (.ppt) di Google; Yahoo; dan Bing, serta data yang diperoleh dari Google Scholar antara 2006 dan 2010 dan dari Scimago SIR antara 2004 hingga 2008 dari.

Sedangkan QS University Ranking memperhatikan aspek reputasi akademis untuk bobot 30%, reputasi karyawan dengan bobot 20%, rasio fakultas/mahasiswa yang berbobot 20%, penghargaan hasil riset dengan bobot 15%, jumlah riset ilmiah per fakultas berbobot 15%, proporsi fakultas internasional 2,5%, proporsi mahasiswa internasional 2,5%, proporsi pertukaran mahasiswa ke luar negeri 2,5%, serta proporsi penerimaan pertukaran mahasiswa dari luar negeri dengan bobot 2,5%.

[Baca juga Dikritik karena Salahi PUEBI, Unnes Malah Minta Publik Sesuaikan Diri]

Sementara itu, Times Higher Education (THE) Ranking diketahui hanya mementingkan aspek bobot ilmu pengetahuan yang diajarkan. Untuk Kemenistekdikti, peringkat kampus ditentukan dari jumlah dosen berbobot 12%, kualitas dosen 18%, akreditasi dengan bobot 30%, kualitas kegiatan kemahasiswaan 10%, serta kualitas kegiatan penelitian berbobot 30%.

Dari lima pihak yang melakukan pemeringkatan dan kerap dijadikan acuan calon mahasiswa dalam memilih perguruan tinggi untuk menimba ilmu, tak ada satu pun yang memasukkan nama kampus sebagai aspek yang dipertimbangkan sebagaimana disiarkan Humas Unnes. Sayangnya, humas kampus perguruan tinggi di Kota Semarang yang dulunya bernama IKIP Semarang tersebut tak menjelaskan pihak mana yang menjadikan nama kampus sebagai aspek yang dipertimbangkan dalam pemeringkatan sehingga paparan turn back hoax ini bisa lebih lengkap disajikan. (Ginanjar Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya