SOLOPOS.COM - Ilustrasi peternakan ayam (JIBI/Solopos/Dok.)

Kampus di Semarang, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, menggagas pemanfaatan limbah bir untuk pakan unggas.

Semarangpos.com, SEMARANG — Pakar nutrisi unggas Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Luthfi Djauhari Mahfudz meneliti limbah atau sisa produksi minuman bir untuk bahan baku pakan unggas. “Industri perunggasan di Indonesia terus berkembang pesat, baik dari ilmu pengetahuan maupun teknologi,” kata pengajar Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Undip itu di Semarang, Senin (28/11/2016).

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Pakar dari kampus di Semarang itu mencontohkan perkembangan ilmu genetika untuk perkembang biakan ayam yang pada era 1978 untuk mengembangkan dari anak ayam hingga mencapai berat 1 kilogram membutuhkan waktu 60 hari. Namun, sambung dia, pada 2015 seiring dengan perkembangan ilmu genetika unggas ternyata hanya membutuhkan waktu 28 hari untuk mengembangkan bobot anak ayam hingga mencapai berat 1,5 kg.

“Sayangnya, ada beberapa kendala yang dihadapi industri perunggasan, yakni 80 persen bahan baku pakan masih impor,” kata Luthfi yang dikukuhkan sebagai guru besar Undip itu pada Selasa (29/11/2016) ini.

Dengan kondisi itu, kata dia, industri perunggasan di Indonesia kurang memiliki daya saing secara global dan mudah terpengaruh dengan kondisi dunia, seperti nilai dollar AS dan stok barang. “Atas dasar itulah, saya terpikir meneliti limbah yang bisa dijadikan sebagai alternatif bahan baku pakan ternak, baik limbah pertanian, industri pertanian, dan makanan minuman,” katanya.

Hasil penelitiannya, kata dia, ternyata limbah bir dan minuman keras potensial menjadi alternatif pengganti jagung untuk bahan baku pakan ternak karena bisa difungsikan sebagai sumber energi. Bahkan, kata doktor lulusan Kagoshima University Jepang itu, limbah dari produk minuman keras asal Semarang bermerek Cap Tiga Orang atau dikenal dengan Congyang pun bisa digunakan.

“Tentu limbah minuman keras ini harus diolah dulu sampai kadar alkoholnya dan keasamannya hilang. Kalau diterapkan, industri tidak kesulitan membuang limbah karena bisa dimanfaatkan,” katanya.

Ia menyebutkan setidaknya ada tiga bahan baku pokok untuk pakan ternak, yakni jagung paling dominan, yakni 50%, bungkil kedelai sekitar 10%-15%, dan tepung ikan sebesar 7%-10%. “Untuk pengganti bungkil kedelai bisa digunakan limbah atau ampas kecap. Pabrik kecap ada di berbagai kabupaten/kota. Jadi, impor bahan baku bisa dikurangi meski tidak mungkin 100%,” katanya.

Yang jelas, kata Luthfi, penggunaan limbah sebagai alternatif bahan baku pakan unggas itu bisa memberikan banyak keuntungan karena ketergantungan terhadap impor jelas jauh lebih berkurang.sem

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya