SOLOPOS.COM - Ilustrasi campak. (webmd.com)

Kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga mengirim seorang dosennya ke Kabupaten Asmat, Papua.

Semarangpos.com, SEMARANG – Kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk yang tengah melanda Kabupaten Asmat, Papua, membuat civitas academica Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) prihatin. Kampus di Salatiga itu pun mengirimkan salah seorang dosen untuk bergabung bersama tim tanggap darurat dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) ke Asmat, Papua.

Dosen yang dikirim UKSW Salatiga ke Asmat itu tak lain adalah dr. Jodelin Muninggar. Dosen Fakultas Sains dan Matematika (FSM) UKSW itu dilepas dalam sebuah acara seremoni oleh pihak kampus, Jumat (26/1/2018).

Rektor UKSW, Neil Semuel Rupidara, mengatakan pengiriman dosen UKSW ke Asmat itu merupakan salah satu bentuk kepedulian kampus di Salatiga itu dalam menyikapi kondisi di Asmat. Terlebih lagi, UKSW dan masyarakat Papua memiliki hubungan yang baik menyusul banyaknya pemuda Papua yang menempuh pendidikan di kampus tersebut.

“Karena itu, bagaimana pun juga tetap ada keterikatan emosi antara UKSW dengan Papua. Selain itu, salah satu gereja pendukung UKSW juga ada di Papua, GKI di Papua. Dengan keterlibatan salah seorang dosen kita di sana diharapkan kita lebih paham keadaan lapangan di sana dan bisa menjadi dasar yang lebih solid untuk membahas apa respons UKSW ke depan. Paling tidak, keterlibatan Bu Inggar menjadi bentuk ikut pedulinya UKSW dalam persoalan ini,” tulis Neil dalam siaran pers kepada Semarangpos.com, Senin (29/1/2018).

Sementara itu, Jodelin menyatakan sebelum berangkat ke Asmat, dirinya akan mengadakan pertemuan dengan anggota tim lain di Jakarta. Dalam pertemuan itu pihaknya juga akan melakukan diskusi terkait pemahaman dan kesepakatan pedoman kerja lingkup kegiatan di Asmat.

“Mulai Senin ini saya dan tim akan berangkat ke Asmat. Kami akan melakukan beberapa hal di sana, seperti quick assessment untuk melakukan pemetaan kebutuhan lapangan dan lokasi, rencana kerja, metode pelayanan dan juga berkoordinasi dengan gereja setempat dan otoritas kesehatan atau Pemda setempat,” ujar Jodelin.

“Setelah itu, kami akan melakukan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan untuk mengatasi gizi buruk, dan pengadaan sarana air bersih.”

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Rekomendasi
Berita Lainnya