SOLOPOS.COM - Direktur Pascasarjana UST Yogyakarta, Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd (berdiri), tengah berbicara dalam seminar nasional yang di mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UKSW, Selasa (24/5/2016). (JIBI/Semarangpos.com/Istimewa-Biro Promosi dan Hubungan Luar UKSW).

Kampus di Salatiga, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), mengadakan acara bedah buku Ki Hadjar Dewantara.

Semarangpos.com, SALATIGA – Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga mengadakan seminar nasional dan bedah buku di Ruang E126 Kampus FKIP UKSW Salatiga, Selasa (24/5/2016).

Dalam seminar yang mengangkat tema “Implementasi Filosofi Ajaran Ki Hadjar Dewantara dalam Dunia Pendidikan Masa Kini” itu dikupas secara tuntas buku berjudul Visi Pendidikan Ki Hajar Dewantara: Tantangan dan Relevansi karya Bartolomeus Samho.

Seminar ini menghadirkan Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta Francis Xavier Wahono sebagai pembicara. Selain Francis, hadir juga Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd.,  Doni Koesoema A., M.Ed., dan Dr Bambang Ismanto, M.Si, yang juga menjadi pembicara.

Dalam paparannya, Francis menuturkan bahwa generasi muda Indonesia saat ini masih banyak yang belum mengetahui profil Ki Hadjar Dewantara. Gagasan cemerlangnya perihal bagaimana berkomitmen untuk mengabdi pada rakyat dan memerdekakan rakyat melalui pendidikan dan pengajaran bahkan terkesan dilupakan.

Dalam buku setebal 115 halaman ini, dituturkan Francis banyak gagasan-gagasan Ki Hajar Dewantara yang dituangkan. Salah satunya adalah pendidikan holistik yang mempunyai tiga kata kunci yaitu niteni (meneliti), niroke (menirukan), dan nambahi (mengembangkan) bertingkat tiga yang saat ini lebih dikenal sebagai pendidikan holistik.

“Seyogyanya pendidikan distrukturkan seperti itu. Sayangnya pendidikan masa kini hanya terhenti pada taraf niteni dan niroke saja. Maka dari itu menghafal ilmu belum dikatakan membangun ilmu sebab ilmu harus dipraktekan dan menjiwai seluruh mata pelajaran,” jelas Francis dalam paparannya.

Sementara itu, Ki Supriyoko berpendapat bahwa sebagai Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara memiliki banyak pemikiran mengenai pendidikan. Beberapa inti pemikiran tersebut antara lain pemikiran tentang perkembangan jiwa, trihayu, trisentra pendidikan, among, kekeluargaan, tutwuri handayani, trina, keseimbangan trikon, serta tripantangan.

Dituturkan Direktur Pascasarjana UST ini bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang kekeluargaan harus kembali dilestarikan di jaman sekarang. “Menurut Ki Hajar Dewantara sebaiknya pendidikan dilakukan dalam suasana kekeluargaan. Apabila konsep kekeluargaan ini dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya tentu hasilnya akan optimal,” tegasnya.

Dalam acara yang diikuti ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, guru dan praktisi pendidikan itu juga digelar lomba penulisan karya ilmiah dan call for paper. Sebanyak 56 makalah dipresentasikan secara pararel oleh peserta seusai seminar.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Rekomendasi
Berita Lainnya