SOLOPOS.COM - Pembantu Rektor I UKSW, Prof. Ferdy Semuel Rondonuwu, S.Pd., M.Sc., Ph.D, memberikan sambutan pada para peserta Program Intensif Belajar Bahasa dan Budaya Indonesia (PIBBI) ke-70 yang mayoritas mahasiswa asal Australia di Ruang Nusantara LTC, kampus UKSW Salatiga, Rabu (4/1/2016). (Istimewa/Biro Promosi dan Hubungan Luar UKSW)

Kampus di Salatiga, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), menggelar program pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia bagi mahasiwa asing.

Semarangpos.com, SEMARANG –  Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga melalui Language Training Center (LTC) kembali menggelar Program Intensif Belajar Bahasa dan Budaya Indonesia (PIBBI).

Program pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia di kampus perguruan tinggi swasta di Salatiga yang sudah diadakan untuk kali ke 70 itu diikuti 18 mahasiswa asing. Mayoritas mereka berasal dari Australian National University (ANU).

PIBBI ke-70 ini dibuka secara resmi oleh Pembantu Rektor I UKSW, Prof. Fredy Samuel Rondonuwu, di Ruang Nusantara, Kampus LTC UKSW, Salatiga, Rabu (4/1/2016). Dalam sambutannya, Fredy berharap para peserta PIBBI bisa belajar banyak tentang Indonesia di Salatiga, bukan hanya terkait bahasa tapi juga budaya masyarakatnya. Terlebih lagi, para mahasiswa asing yang menjadi peserta PIBBI itu selama mengikuti program akan ditempatkan bersama keluarga asuh.

“Kami berharap anda semua dapat belajar bahasa Indonesia dengan perasaan senang dan bisa meluangkan waktu di Salatiga secara bebas, sehingga bisa memperoleh banyak pengalaman. Saya ucapkan selamat datang di Salatiga dan selamat belajar hingga berakhirnya proses PIBBI,” kata Ferdy dalam siaran pers kepada Semarangpos.com, Rabu.

Ferdy menambahkan selain di UKSW peserta juga dapat belajar dari kehidupan sehari-hari keluarga asuhnya. Selain itu beragamnya budaya di Indonesia juga diharapkan dapat dipelajari dari mahasiswa UKSW yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Direktur LTC UKSW, Johanna Likumahuwa, mengatakan PIBBI ke 70 resmi berlangsung 4 Januari-14 Februari mendatang. Peserta terdiri dari 17 mahasiswa ANU dan satu peserta umum.

“Selama mengikuti program ini, mereka akan belajar bahasa dan juga budaya Indonesia. Selain belajar dalam kelas-kelas kecil dengan 5 level, mereka juga akan belajar budaya dengan memilih kelas pencak silat atau memasak. Dalam kelas memasak peserta akan belajar memasak masakan tradisional yang memanfaatkan daun pisang,” terang Johana.

Selain itu, selama kegiatan berlangsung peserta juga akan diajak untuk mengikuti kelas non teori dengan berkunjung ke berbagai tempat umum, seperti sekolah, pasar tradisional, industri rumah tangga dan lainnya, untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat.

Berbeda dengan sebelumnya, seluruh hasil belajar peserta PIBBI kali ini akan dikonversikan sebagai salah satu matakuliah yang diakui di ANU. Peserta diwajibkan untuk menulis laporan yang didasarkan pada observasi dan wawancara mendalam kepada narasumber.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Rekomendasi
Berita Lainnya