SOLOPOS.COM - Ilustrasi aksi antinarkoba (JIBI/Solopos/Antara)

Kampus di Jawa Tengah (Jateng) dan DIY dideklarasikan bebas dari pengaruh narkoba dan radikalisme.

Semarangpos.com, SEMARANG – Sejumlah perguruan tinggi di Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), baik yang berstatus negeri maupun swasta, bersama para mahasiswa menggelar acara deklarasi antinarkoba dan radikalisme. Mereka sepakat kampus di Jateng dan DIY harus terbebas dari pengaruh narkoba dan radikalisme yang merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Deklarasi yang dilakukan sejumlah perguruan tinggi di Jateng dan DIY digelar di kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Jateng, Sabtu (6/5/2017). Selain perwakilan dari perguruan tinggi dan mahasiswa, acara itu juga turut dihadiri Menristekdikti, Mohamad Nasir.

“Sejak menjabat sebagai menteri, kami sudah mendeklarasikan bahwa kampus harus bebas dari narkoba, antikekerasan dan selalu mengagungkan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dikutip dari laman berita Antara, Sabtu.

Menristekdikti menambahkan kampus harus bebas dari narkoba dan kekerasan karena akan merusak sendi kesatuan dan persatuan. “Kami ingin mencegah radikalisme dan membangun reputasi Indonesia di masyarakat global,” tambah pria yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jateng, itu.

Menurut dia, persoalan narkoba dan radikalisme di lingkungan perguruan tinggi sangat penting karena berkaitan dengan masa depan bangsa.

Para mahasiswa, kata dia, yang saat ini sedang berjuang di perguruan tinggi merupakan pemimpin bangsa 10 tahun ke depan.

“Muncul radikalisme karena satu pandangan, yakni karena menganggap pandangan dia benar dan orang lain yang bertentangan itu salah,” cetus Nasir.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengatakan perguruan tinggi harus steril dari radikalisme. “Wadah pendidikan merupakan tempat persemaian calon penerus. Oleh karenanya, mereka harus steril dari radikalisme dan diberikan pemahaman yang jelas terhadap dinamika yang ada,” kata Suhardi.

Suhardi mengatakan kalangan perguruan tinggi wajib mendeteksi jika terjadi perubahan pada temannya sendiri. “Untuk jadi radikal itu butuh waktu, maka teman-teman perlu mendeteksi jika ada temannya yang mulai menyendiri dan membentuk kelompok eksklusif,” kata Suhardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya