SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Semarangpos.com, SEMARANG &mdash;</strong> Pelaksanaan proyek Kampung Bahari di Tambaklorok, Kota Semarang tak bisa dinikmati warga yang tergusur gara-gara lahan mereka dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek tersebut. </p><p>Hal itu disayangkan tokoh masyarakat Tambaklorok M. Rozikin yang kini juga politikus Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Kota Semarang. "Secara umum, kami senang dengan adanya proyek Kampung Bahari. Kawasan Tambaklorok menjadi lebih bagus, tertata, dan bersih. Jalan-jalan bagus, dan sebagainya," ujarnya di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (4/9/2018).</p><p>Namun, sambungnya, pembina kelompok-kelompok usaha bersama (KUB) nelayan di Tambaklorok berdampak sosial karena ada warga yang lahannya tergusur. Terlalu mepetnya waktu persiapan dengan realisasi pembangunan fisik di lapangan yang menurut dia menjadi kendala. Mestinya sambung dia, membutuhkan waktu lama untuk persiapan pelaksanaan proyek Kampung Bahari Tambaklorok.</p><p>"Kalau saya pribadi menginginkan tidak perlulah ada semacam penggusuran. Toh, warga yang malah tidak bisa menikmati Kampung Bahari kalau mereka tergusur," tegasnya.</p><p>Berbagai kendala seiring tiadanya waktu sosialisasi itulah yang menurut Bandot&mdash;sapaan akrab Rozikin&mdash;membuat perekembangan pelaksanaan proyek Kampung Bahari belum mencapai 50%. Padahal targetnya pembangunan dirampungkan akhir tahun ini. "Pembangunan infrastruktur jalan panjang 700 m dan lebar 2 m, ada ruang terbuka hijau [RTH] juga, dan pasar. Ya, kalau saya inginnya sih tidak sampai ada semacam penggusuran," katanya.</p><p>Padahal, imbuhnya meluruskan, kalaupun tidak dibuat konsep Kampung Bahari pun, asalkan infrastruktur di kawasan Tambaklorok, seperti jalan, talud dibenahi, dibangun fasilitas kesehatan, dan pendidikan saja warga sudah senang. Di sisi lain, Bandot&mdash;sapaan akrab Rozikin&mdash;mengatakan belum ada sekolah dasar (SD) negeri di Tambaklorok dan baru ada SD swasta.</p><p>Bahkan, sambungnya, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) pun belum ada. "Puskesmasnya baru ada di Bandarharjo. Jaraknya sekitar 3 km-4 km dari Tambaklorok sehingga memang relatif jauh. Di Tambaklorok saja kurang lebih ada 12.000 kepala keluarga," katanya.</p><p>Menurut dia, Kampung Bahari secara konsep baik, namun pelaksanaannya yang terkesan terburu-buru tanpa adanya sosialisasi yang matang kepada warga kerap memicu miskomunikasi. Untuk proyek yang memerlukan pembebasan lahan, kata dia, mestinya disosialisasi dulu sekurang-kurangnya selama satu tahun, baru pada tahun berikutnya dilakukan pengerjaan fisik. Dengan demikian, katanya, warga memiliki persiapan untuk mendukungnya.</p><p>"Kalau ini <em>kan</em> bareng. Pembebasan lahan sama pengerjaan fisik. Ini <em>kan</em> menyangkut persiapan warga. Banyak warga yang setuju, tetapi kok disayangkan programnya itu langsung seketika," katanya.</p><p><a href="http://semarang.solopos.com/"><strong><em>KLIK</em></strong></a><em><strong> dan </strong></em><a href="https://www.facebook.com/SemarangPos"><strong><em>LIKE</em></strong></a><em><strong> di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya</strong></em></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya