Solopos.com, TASIKMALAYA — Calon Presiden Joko Widodo menepis isu-isu yang menyerang dirinya menjelang pemilihan presiden 9 Juli dalam acara kampanye di Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Capres yang kerap disapa Jokowi ini sempat bercerita ada sekitar 23 isu yang menyerang dirinya, antara lain isu penghapusan tunjangan sertifikasi guru, penghapusan jatah beras miskin, serta isu SARA.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
“Isu tunjangan sertifikasi guru itu sepele tapi meresahkan guru-guru di daerah, isu itu bilang kalau Jokowi dan JK jadi presiden tunjangan guru dihapus. Jatah raskin juga katanya mau dihapus,” ucap Jokowi, Kamis (12/6/2014).
Menurut Mantan Wali Kota Kota Solo ini isu tersebut tidak masuk logika, bahkan dirinya berencana akan menambah tunjangan sertifikasi guru dan jatah raskin.
“Logika tidak masuk, kok dihapuskan. Kalau ditambah mungkin, kan dibutuhkan rakyat. Kalau percaya ya kebangeten, gitu ya ada yang percaya,” tambahnya.
Mengenai masalah SARA yang menyebutkan dirinya mempunyai nama bapris Hebertus dan keturunan Tionghoa, Jokowi membantah dengan menyebar foto dirinya ketika menunaikan ibadah haji pada tahun 2003 dan ibadah umroh pada tahun 2012.
“Katanya bapak saya orang Singapura, orang Tionghoa. Padahal bapak saya orang Gondang Rejo, ibu dari Gumukrejo, Boyolali. Wajah saya wajah ndeso. Memang ada desa dekat rumah orang tua namanya Kecamatan Singopuran, mungkin diplesetkan,” lanjutnya.
Walaupun banyak serangan kampanye hitam yang menyerang dirinya, Jokowi menanggapi dengan santai karena kampanye hitam tersebut sudah ada sejak dirinya mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
“Banyak orang binggung mencari kesalahan saya, tapi enggak ketemu. Paling gampang apa kalau enggak nemu? Ya bikin fitnah,” kata Jokowi.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
