SOLOPOS.COM - Santri melihat Tabloid Obor Rakyat di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan, Jombang, Jawa Timur, Selasa (3/6/2014). Pengasuh ponpes setempat menyikapi dengan wajar tabloid yang menyudutkan salah seorang capres itu dan mengatakan kalangan pesantren tidak akan bisa diadu domba hanya karena tabloid tersebut. (JIBI/Solopos/Antara/Syaiful Arif)

Solopos.com, JAKARTA – Pemimpin Redaksi Obor Rakyat Setyardi Boediono akhirnya muncul kedepan publik. Dalam statementnya, Setyardi tidak merasa melanggar prinsip-prinsip jurnalisme dalam pemberitaannya yang dinilai banyak pihak menyudutkan capres nomor urut 2, Joko Widodo.

Dia mengatakan bahwa hasil yang diberitakan dalam tabloidnya merupakan fakta-fakta yang terjadi di lapangan, dan mengelak bahwa tulisannya merupakan sikap politik dirinya untuk mendukung capres-cawapres nomor urut 1 Prabowo-Hatta.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

“Saya mendapatkan semua ini dari fakta-fakta yang juga diberitakan media. Persoalan capres boneka yang berasal dari statement bu Mega mengenai petugas partai, kebohongan Jokowi yang memang disuarakan olehnya dulu untuk berjanji lima tahun menjadi gubernur, dan data-data dari laman KPU,” katanya saat ditemui setelah dirinya menghadiri siaran langsung salah satu radio, Jakarta, (14/6/2014).

“Termasuk bahwa 184 caleg PDIP beragama non muslim. Itu fakta,”tambahnya.

Setyardi mengelak bahwa tabloid tersebut menunjukkan dukungannya pada Prabowo-Hatta. Menurutnya, jika memungkinkan dia juga akan membuat edisi untuk mengkritisi Prabowo.

“Saya tidak mengatakan mendukung Prabowo-Hatta. Kini banyak media yang transparan mendukung Prabowo-Hatta, ataupun Jokowi-JK. Nah, sikap politik saya adalah untuk mengkritisi Jokowi,” katanya.Setyardi menambahkan, “jika memungkinkan, saya juga mungkin akan mengkritisi Prabowo. Tapi ini kan tergantung kemampuan finansial juga, mampukah nanti kedepannya,”katanya.

Dia menjelaskan mengapa baru kisah Jokowi yang dikupas oleh tabloid obor, dan Prabowo tidak.

“Gini loh, tabloid ini terbitnya tanggal 5 Mei. Saat itu baru Jokowi yang memutuskan diri menjadi Capres, sementara Prabowo belum. Jadi kami menerbitkan itu saat semua orang baru tahu satu calon saja,” jelasnya.

Setyardi menekankan bahwa hasil tabloid pribadinya itu sama halnya dengan kegiatan jurnalistik seperti yang dilakukan wartawan.

“Biasa-biasa saja, kami ada yang mewawancarai, meriset, mengambil dari pemberitaan media massa, sama halnya dengan kegiatan wartawan lainnya, saya yakin ini tidak melanggar,” jelasnya.

Tabloid Obor belakangan menggemparkan masyarakat Indonesia dengan kehadirannya yang secara frontal menuding Jokowi dengan pemberitaan yang meresahkan kubu nomor urut 2 tersebut. Judul yang ditulis dalam tabloid yang terdiri atas 16 halaman tersebut menampilkan, “184 Caleg Nonmuslim PDIP untuk Kursi DPR,”, “Ibu-ibu, Belum Jadi Presiden Udah Bohongin Rakyat,”, serta judul “Capres Boneka,” dengan karikatur Jokowi sedang mencium tangan Megawati Soekarnoputri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya