SOLOPOS.COM - Bupati Gunungkidul Badingah. (JIBI/Harian Jogja/Ujang Hasanudin)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Kampanye menjadi calon pemimpin tidak hanya membutuhkan biaya politik namun juga tenaga dan pikiran. Soal biaya politik, Bupati Gunungkidul Badingah pun memiliki cerita.

“Saya sempat dicegat masyarakat, tidak boleh pulang saat kampanye,” kata Badingah saat bercerita dalam diskusi publik tentang demokrasi desa di pusaran politik uang dan tantangan perempuan dalam politik di Gedung Pertemuan Niela Sari, Desa Siyono, Kecamatan Playen, Rabu (2/4/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kejadian itu diakui Badingah saat kampanye sebagai Wakil Bupati pada 2009 lalu. Saat itu, orang nomor satu di Kabupaten Gunungkidul ini sosialisasi di salah satu dusun. Namun, yang hadir juga warga dari luar dusun sehingga massa tumpah ruah menghadiri sosialisasi calon Wabup.

Setelah sosialisasi, saat Badingah hendak pulang, diadang warga karena belum mendapatkan uang. Perempuan kelahiran 17 September 1949 ini pun bingung karena yang datang ratusan orang sementara uang yang ada di dompet hanya Rp900.000.

Badingah pun terpaksa meminjam uang kesana kemari untuk memenuhi permintaan warga. Setelah diselidiki, lanjut Badingah, ternyata warga ada yang seseorang menjanjikan akan diberi uang per orang Rp30.000 jika menghadiri sosialisasi. “Ya terpaksa saya harus pinjam uang,” ucap Bupati.

Menurut Badingah, untuk menjadi pemimpin memang selain ada biaya politik juga harus siap mental dan tenaga.
Diakuinya, selama kampanye saat itu dia mengaku kurang tidur bahkan berat badannya turun. “Turun tiga kilogram,” kata perempuan lulusan Sosiologi Stipol Kartika Bangsa Jogja ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya