SOLOPOS.COM - Kali Pepe di kawasan Komplang, Sumber, Banjarsari, Solo, dipenuhi tanaman liar Kayu Apu Minggu (13/10/2019). (Solopos-Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Aliran Kali Pepe di wilayah Jembatan Komplang, Banjarsari, Solo, menghijau akibat dipenuhi dengan tanaman air kayu apu dan eceng gondok.

Akibatnya, aliran air di kawasan itu terhenti bercampur dengan sampah-sampah. Tanaman air berwarna hijau itu memenuhi aliran Kali Pepe sekitar satu kilometer.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ahli Lingkungan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Pranoto, kepada , Minggu (13/10/2019), mengatakan fenomena sungai dipenuhi tanaman air seperti terjadi di Kali Pepe bukan merupakan hal berbahaya.

Namun jika jumlahnya banyak  dapat menganggu ekosistem air khususnya hewan-hewan yang hidup di air.

Ekspedisi Mudik 2024

“Banyaknya tanaman air itu dipicu sisa-sisa pupuk petani yang terbawa aliran air, petani kalau memupuk NPK, kandungan fosfornya larut ke perairan. Kandungan itu membuat eceng gondok berkembang dengan pesat. Pupuk itu tidak seluruhnya masuk ke dalam tanah, ada kandungan-kandungan yang larut dan terbawa air,” ujarnya.

Ia menyebut tanaman air itu berdampak pada makhluk air karena kekurangan oksigen. Ia menambahkan dalam penelitian yang ia lakukan, ikan jenis grascarp dapat menjadi solusi karena jenis ikan itu makanan pokoknya enceng gondok.

Menurutnya, pemberian ikan itu justru penanganan secara alami. Ia menjelaskan banyaknya tanaman itu tidak akan merusak struktur sungai secara langsung.

Pranoto menegaskan banyaknya tanaman air itu juga bukan sebuah pertanda musim kemarau. Hal itu juga akan terjadi pada musim hujan, namun saat musim hujan aliran air cenderung lebih cepat sehingga tidak membuat penumpukan seperti saat ini.

Menurutnya, apabila tanaman air itu telah diambil dapat diolah menjadi berbagai kerajinan. Lantas, sungai yang telah bersih dapat diberi ikan grascarp yang nantinya juga dapat dimanfaatkan warga.

Pemerhati sungai, Siti Zunariyah, mengatakan banyaknya tanaman itu menunjukkan air dalam sungai itu tidak sehat.

Menurut pengajar di FISIP UNS Solo itu, banyak faktor yang menyebabkan bertumbuhnya tanaman itu secara cepat seperti air yang tidak sehat karena limbah dan tercemar sampah. Tingginya sedimentasi yang memengaruhi rendahnya debit air juga menjadi pemicu.

Siti Zunariyah menjelaskan secara biologi ada istilah eutrofikasi sebagai tanda oksigen dalam air itu buruk. Hal itu dapat terjadi karena pencemaran air. Sementara itu, sampah-sampah di aliran sungai itu juga dapat memicu sedimentasi sungai.

Ia menjelaskan Pemerintah Kota (Pemkot) harus segera menyikapi persoalan itu. Apabila menunggu aliran air saat musim hujan, tanaman itu hanya berpindah ke aliran bawah. Menurutnya, dirintisnya pekarya sungai yang fokus dalam persoalan sungai merupakan langkah riil selain hanya sosialiasi.

Menurut Siti Zunariyah, untuk mengatasi persoalan itu secara jangka pendek sungai tersebut harus dibersihkan. Namun, juga harus memerhatikan jangka panjang yakni duduk bersama antara pemerintah, swasta, warga, dan perguruan tinggi.

Salah seorang warga setempat, Gunawan, saat ditemui di lokasi, mengatakan fenomena tersebut muncul sejak tiga pekan lalu. Menurutnya, fenomena tahun ini muncul setelah empat tahun terakhir tidak muncul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya