SOLOPOS.COM - Calon penumpang menaiki bus Antarkota Antarprovinsi (AKAP) PO Suharno jurusan Solo-Jogja di pintu barat Terminal Tirtonadi, Solo, Senin (30/5/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Tekanan besar dirasakan para sopir bus Solo-Jogja dalam beberapa tahun terakhir lantaran jumlah penumpang yang terus menurun. Kondisinya sudah tidak menguntungkan ketika pandemi Covid-19 mulai merebak pada Maret 2020.

Apalagi setelah beroperasinya Kereta Rel Listrik (KRL) jurusan Solo-Jogja per 1 Maret 2021 lalu. Pantauan Solopos.com, Rabu (1/6/2022), bus jurusan Solo-Jogja tetap beroperasi. Kondektur juga terus bergerak mencari penumpang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setidaknya ada tujuh bus khusus jurusan Solo-Jogja yang berangkat dari Terminal Tirtonadi Solo dalam satu jam. Salah satu sopir bus jurusan Solo-Jogja, Gatot, mengatakan jumlah penumpang terus menurun sejak sebelum pandemi Covid-19.

Menurutnya, pada 2019 mereka bisa mendapatkan sekitar 50-70 penumpang sekali jalan. Namun kini mendapatkan 20-25 penumpang saja sudah sangat sulit.

“Sekarang sepi, ini dari tahun 2019, pas sebelum pandemi bisa 50-70 penumpang sekali berangkat. Sekarang angkut 20-25 penumpang susah sekali, pernah cuman delapan penumpang sekali berangkat,” ujarnya.

Baca Juga: Terimpit KRL Dan Bus Suroboyonan, Begini Kondisi Bus Trayek Solo-Jogja

Adanya KRL yang beroperasi sejak Maret 2021, disebut Gatot, menjadi salah satu faktor penyebab terus turunnya jumlah penumpang bus Solo-Jogja. Menurutnya, para penumpang memilih menggunakan KRL karena lebih cepat dan bebas dari kemacetan.

Belum lagi harga tiketnya juga lebih murah. Untuk naik bus dari Solo sampai Jogja, tarifnya sekitar Rp20.000. Sedangkan tarif KRL flat di angka Rp8.000 per penumpang sekali jalan.

“Pas KRL ada juga jadi pengaruh besar, mungkin karena cepat dan baru juga, sama bebas macet atau mogok, maklum rata-rata bus Solo-Jogja itu bus lama. Ini bus saya mesin tahun 2003,” terangnya.

Baca Juga: Jika KRL Beroperasi, Bus Bumel Solo-Jogja Diprediksi Tamat

Semakin Terkikis

Parjo, sopir yang sudah delapan tahun mengoperasikan bus trayek Solo-Jogja, juga menyebut adanya penurunan jumlah penumpang semenjak KRL beroperasi. “Pas pandemi memang turun jauh jumlah penumpang, cuma 15 atau 20 orang sekali angkut. Pas ada KRL ini, ngejar 20 penumpang susah. Barusan saja cuman 10 penumpang pagi tadi,” ujarnya.

Ia berharap setidaknya ada solusi dari pihak terkait untuk keberlangsungan trayek bus Solo-Jogja. “Sebenarnya ya minta tolong ada program untuk trayek kami. Soalnya semakin ke sini juga semakin sepi, jadi susah untuk kami,” terangnya.

Penelitian menunjukkan pengguna bus untuk jurusan Solo-Jogja semakin terkikis dengan kehadiran kereta api dengan rute sama. Dalam jurnal karya M Hendrawan dari Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Yogyakarta (ITNY) tahun 2020 yang dimuat di website resmi itny.ac.id, tertulis pengguna bus jurusan Solo-Jogja mulai terkikis dengan kehadiran KRL.

Baca Juga: Deretan Bus Sejuta Umat di Jateng, Meski Bumel Tetap Dicinta

Faktornya adalah harga yang lebih murah, di mana KRL mematok harga Rp8.000 sedangkan bus Rp20.000. Dengan tarif yang lebih murah, penumpang lebih nyaman dengan fasilitas yang ada. Ditambah KRL lebih tepat waktu dan lebih aman dibandingkan bus.

Selain itu, dari segi umur, penumpang berusia di bawah 50 tahun lebih memilih menggunakan kereta api, sedangkan yang berusia di atas 50 tahun, lebih memilih menggunakan moda KRL.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya