SOLOPOS.COM - Rafli Bima Ananta, 6 (paling kanan), penderita lumpuh layu asal Semanggi, Pasar Kliwon, dikunjungi Kepala Dinas Sosial Rohana (dua dari kiri), Rabu (18/10/2017). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Kakak beradik penderita lumpuh layu asal Semanggi, Solo, akan dimasukkan sebagai peserta  Jamkesda.

Solopos.com, SOLO — Anggota Komisi II DPRD Kota Solo Ekya Sih Hananto mengusulkan biaya kesehatan kakak beradik penderita lumpuh layu, Ronandi Paradea Wahyunanta, 14, dan adiknya, Rafli Bima Ananta, 6, warga Kampung Mojo RT 003/RW 023 Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon, bisa ditanggung Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ekya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial agar keduanya dan keluarganya bisa menjadi peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Kota Solo. “Usulan ini sudah kami sampaikan kepada Pemkot Solo dan saat ini sedang diproses,” kata Ekya saat berbincang dengan Solopos.com saat mengunjungi kediaman Ronan dan Bima, Rabu (18/10/2017). (Baca: Kakak Beradik Solo Lumpuh Layu, 2 Rumah Terpaksa Dijual)

Selama ini, putra pasangan Tri Gunadi dan Suci Tri Winarsih itu  menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) secara mandiri. Kepesertaannya di BPJS juga baru dimulai awal tahun ini. Padahal, kedua bocah itu mengalami lumpuh sejak bayi.

“Satu keluarga semua kami usulkan jadi peserta Jamkesda. Mereka tidak perlu lagi memikirkan biaya premi karena sudah ditanggung pemerintah, termasuk kalau berobat semua sudah dikaver pemerintah,” ujar Ekya, anggota legislatif asal Semanggi itu.

Rabu siang, Ekya mengunjungi keluarga Tri Gunadi bersama Kepala Dinas Sosial Rohana, Camat Pasar Kliwon Agus Santoso, dan Lurah Semanggi Sularso. Sayangnya, mereka tidak bisa bertemu dengan Ronan yang masih dirawat di RSUD dr. Moewardi.

Ronan sudah 10 hari dirawat intensif di RSUD dr. Moewardi. Mereka hanya bisa bertemu Bima. Mereka pun memberikan dukungan moral kepada keluarga Tri Gunadi.

Menurut Rohana, kasus lumpuh layu yang dialami kakak beradik itu adalah temuan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) yang rutin menelusuri kasus-kasus sosial di masyarakat.

“TKSK adalah kepanjangan tangan kami. Dengan adanya temuan kasus lumpuh layu di sini, kami pun mencoba untuk menindaklanjuti agar keduanya bisa mendapatkan bantuan nutrisi untuk orang dengan kecacatan berat [ODKB],” kata Rohana.

Bantuan itu berupa beras, pampers, dan tambahan nutrisi bagi Ronan dan Bimo. Selain bantuan ODKB dan memfasilitasi agar bisa menjadi peserta Jamkesda, Dinsos juga mendorong agar kedua anak malang itu tetap bersekolah.

Jika fisik Ronan sudah tidak mampu untuk bersekolah, setidaknya Bima tetap bisa mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak. Camat Pasar Kliwon, Agus Santoso, mengusulkan Bima masuk ke sekolah luar biasa (SLB) untuk difabel.

Selama ini Bima bersekolah di SD reguler. “Maksud kami agar mendapatkan perlakuan khusus, selain belajar juga terapi,” kata Agus.

Tri mengatakan kedua anaknya sudah bertahun-tahun menjalani terapi agar bisa berjalan. “Namun hasilnya tetap sama. Kedua anak kami tetap tak bisa berjalan sampai sekarang,” kata Tri.

Ekya berharap kasus lumpuh layu di Mojo ini mendapat perhatian juga dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dengan menerjunkan timnya di puskesmas untuk rutin mendampingi perkembangan kesehatan kedua anak itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya