SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SUKOHARJO — Alat tenun bukan mesin (ATBM) banyak dijumpai di rumah-rumah penduduk wilayah Desa Grogol, Weru, Sukoharjo. Mayoritas pengguna alat tenun itu adalah ibu-ibu.

Dengan ketelitian mereka menenun benang menjadi kain tenun lurik nan cantik. Seolah mereka tak mengenal hari libur, para warga tetap beraktivitas memproduksi kain tenun.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sanikem, salah satu perajin lurik ATBM, tengah sibuk menyelesaikan lurik tenun pesanan dari Malaysia saat dijumpai Solopos.com, Sabtu (2/3/2019). “Ada pesanan kain lurik dari Malaysia yang harus selesai bulan ini,” kata dia.

Industri kecil dan rumah tangga pembuatan kain tenun ini merupakan warisan turun temurun yang sudah digelutinya sejak 20 tahun silam. Dalam sebulan, dia mampu menghasilkan 40-an potong kain tenun.

Sama halnya bisnis industri kecil lain, kerajinan tenun lurik miliknya juga mengalami pasang surut. Kondisi ini dipengaruhi berbagai faktor, seperti permintaan konsumen dan ketersediaan bahan baku berupa benang.

“Harga bahan baku benang terus naik dan ini menjadi salah satu kendala para pengrajin kain tenun,” katanya.

Namun sejauh ini kendala itu masih bisa diatasi para pengrajin. Dari segi pemasaran sendiri, dia mengaku tak hanya sebatas di kancah nasional melainkan sudah merambah ke beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Harga lurik ATBM dari perajin dibanderol Rp70.000/potong.

“Pengrajin mulai memanfaatkan media sosial untuk pemasarannya ssehingga konsumen tak hanya di Indonesia, tetapi juga dari luar negeri,” katanya.

Kades Grogol, Kecamatan Weru, Heri Puthut, mengatakan industri tenun di Desa Grogol ini dikelola organisasi bentukan pemerintah desa setempat yang dinamakan Paguyuban Tenun Sari. Jumlah pengrajin saat ini ada puluhan orang di seluruh wilayah Grogol.

“Industri tenun ini menjadi salah satu andalan potensi Desa Grogol,” katanya.

Proses pengerjaanya diserahkan kepada masing-masing rumah yang sudah mempunyai alat produksi sendiri, pemerintah desa dan paguyuban hanya sebatas memberikan fasilitas bahan-bahan produksi dan penyuluhan-penyuluhan baik, tentang penyaluran hasil produksi maupun pengembangan hasil produksi.

Pemerintah desa sangat mendukung keberadaan usaha produksi tenun tradisional itu. Salah satu dengan mengeluarkan kebijakan pembuatan seragam dinas ibu-ibu PKK menggunakan kain tenun yang diproduksi warga setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya