SOLOPOS.COM - Model memeragakan busana dari kain lurik koleksi PT Sritex di Diamond International Restaurant, Solo, Rabu (5/12/2012). (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)


Model memeragakan busana dari kain lurik koleksi PT Sritex di Diamond International Restaurant, Solo, Rabu (5/12/2012). (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

SOLO—Pengembangan lurik menjadi industri tekstil kreatif masih terkendala minimnya upaya branding yang dilakukan para pelaku pengrajin kain lurik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Textile (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto, di sela-sela Seminar Nasional Penggalian Nilai, Pelestarian dan Pengembangan Lurik Jawa sebagai Bentuk Keragaman Cipta Budaya Indonesia, Rabu (5/12/2012), perajin lurik di Soloraya terutama Klaten perlu meniru pola atau upaya branding yang dilakukan para pengrajin produk fesyen di Italia. “Italia punya merek-merek yang mendunia. Asal tahu saja, merek-merek produk ternama di Italia itu awalnya dari industri kecil. Jadi, yang perlu dilakukan untuk mengangkat kain lurik ini adalah perlunya brand imej,” kata Iwan.

Brand imej itu diikuti dengan produk yang eksklusif, dan tidak bisa disamai oleh produk-produk massal. Kain lurik, kata dia, punya potensi untuk menjadi produk-produk eksklusif atau one piece collection karena proses pembuatannya dengan tangan.

Sementara itu, Institut Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo saat ini tengah melakukan penelitian mengenai kain lurik tradisional. Penelitian itu dilakukan untuk mempopulerkan kain lurik seperti halnya produk batik.

Ketua Institut Javanologi UNS, Sahid Teguh Widodo, menyampaikan saat ini mereka tengah menyelesaikan pemetaan sentra kerajinan lurik yang ada di wilayah Soloraya.
Penelitian itu, kata dia, dibutuhkan untuk menyusun konsep pengembangan industri lurik. “Lurik punya peluang berkembang seperti batik,” kata dia.

Dia juga menyebutkan saat ini industri tekstil berskala besar pun juga sudah melirik lurik sebagai produk unggulan. “Tapi masih merupakan produk kain bermotif lurik,” ujar dia. Sedangkan lurik itu sendiri, hanya bisa dibuat dengan alat tenun bukan mesin. Sahid menyebut lurik memiliki kelas yang lebih tinggi lantaran berupa kerajinan tangan.
Iwan kembali menyampaikan PT Sritex merupakan salah satu pabrik tekstil yang saat ini mulai mengembangkan lurik printing. Tapi dia menyebut kain bermotif lurik tidak akan menjadi kompetitor bagi produk lurik yang diproduksi oleh perajin. Karena, pangsa pasarnya sangat berbeda.

“Lurik milik perajin segmennya high. Sementara, lurik printing buatan kami segmennya middle high.”

Hanya saja, lanjut Iwan, pengrajin lurik saat ini belum mampu mengemas produknya dengan lebih baik. “Mereka membutuhkan kemasan agar memiliki nilai jual lebih tinggi,” katanya. Perusahaannya menyatakan siap untuk bermitra dengan para pengrajin. “Jika kain lurik perajin itu dijual di toko kami, misalnya, mungkin harganya akan jauh lebih baik. Asal kemasannya bagus.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya