SOLOPOS.COM - KEEMASAN-Salah satu gedung di Kompleks Royal Palace, Phnom Penh, Kamboja. Hampir semua bangunan di kompleks tersebut terbalut warna keemasan. Foto diambil beberapa waktu lalu.

KEEMASAN-Salah satu gedung di Kompleks Royal Palace, Phnom Penh, Kamboja. Hampir semua bangunan di kompleks tersebut terbalut warna keemasan. Foto diambil beberapa waktu lalu.

Tak seperti Ho Chi Minh City, biaya hidup di Phnom Penh dan Siem Reap, Kamboja, jauh lebih murah. Transaksi di Phnom Penh dan Siem Reap mempergunakan Dolar Amerika Serikat atau mata uang lokal, Real Kamboja. Nilai tukar Real Kamboja terhadap Dolar adalah US$1=4.000 Real Kamboja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Makanan, minuman dan cinderamata dijual dengan harga sangat murah. Misalnya, sebungkus nasi putih bisa diperoleh dengan harga 500 Real Kamboja atau sekitar Rp 1.000, sepiring ketan dengan saus santan bisa disantap cukup dengan 1.000 Real Kamboja (sekitar Rp 2.500) dan semangkuk es cincau bisa diminum cukup dengan 1.000 Real Kamboja.

Perjalanan dari Ho Chi Minh City ke Phnom Penh ditempuh dengan bus antar kota antar negara (AKAN) selama 6 jam. Harga tiket bus jurusan Ho Chi Minh-Siem Reap  US$9-US$10 sekali jalan. Berhubung Kamboja tidak memberlakukan bebas visa kepada pemegang paspor Indonesia, maka turis asal Indonesia harus mengurus visa on arrival di check point Moc Bai (perbatasan Vietnam-Kamboja).

Tapi, tak perlu khawatir bakal berhadapan dengan urusan birokrasi yang berbelit. Pengurusan visa bisa lewat kondektur bus AKAN. Penumpang bus tinggal membayar US$20 atau sekitar Rp 200.000 (jika diasumsikan US$1=Rp 10.000) kepada kru bus. Sekali pun pengurusan visa ditangani awak bus, namun seluruh penumpang diminta turun dari bus dan dipanggil satu-persatu untuk pemeriksaan paspor. Hal serupa juga harus dilakoni di perbatasan Kamboja-Vietnam, Baver. Di areal sekitar <I>check point<I> Baver, berderet-deret kasino dan Rolls Royce yang siap mengantar jemput pengunjung kasino.

Selepas check point Baver, pemandangan alam yang panas, gersang, jalanan berdebu dan rumah-rumah panggung segera menyergap mata. Memasuki Ibukota Kamboja, pemandangan masih belum berubah banyak. Masih banyak rumah kumuh, jalanan kotor berdebu dan kabel listrik semrawut. Kalau ingin melanjutkan perjalanan ke Siem Reap, penumpang harus ganti bus di terminal bus Phnom Penh. Hanya, jangan membayangkan terminal bus yang bersih seperti terminal bus di KL Sentra, Kuala Lumpur.

Terminal bus Phnom Penh terlihat kotor, berdebu, panas dan penuh berjubel penumpang. Ada banyak objek wisata bisa disaksikan di Phnom Penh, di antaranya Russian Market, night market, Royal Palace yang mirip dengan Grand Palace di Bangkok, wisata menyusuri delta Sungai Mekong dan golden pagoda. Sementara, bagi penyuka wisata sejarah dan penyuka candi, Siem Reap adalah jawabannya. Di kota yang tenang dan asri oleh pepohonan besar ini, kita bisa melihat Angkor Wat, Ta Prohm Temple, Bayon Temple dan Banteay Srey Temple. Saking banyaknya candi, tak heran UNESCO menetapkan Siem Reap sebagai kawasan cagar budaya dunia.

Di akhir perjalanan, di dalam pesawat yang membawa saya kembali ke Jakarta, saya kembali berhitung. Uang saku saya senilai US$200 atau sekitar Rp 2 juta hanya tersisa US$20 atau Rp 200.000. Pengeluaran terbesar selama berwisata di luar negeri adalah untuk oleh-oleh. Tapi, tidak mengapa. Saya bahagia karena seperti kata Led Zeppelin dalam lagu Kashmir, im just a traveller of both time and space.


Astrid Prihatini  WD (Habis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya