Solopos.com, SOLO — Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo, Etty Retnowati, mengingat para siswa yang selesai menjalani pembelajaran di sekolah agar langsung pulang ke rumah.
Hal ini untuk mengantisipasi agar tidak tertular virus Covid-19.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Etty Retnowati mengatakan temuan siswa yang terpapar Covid-19 tak selamanya bernilai negatif.
Temuan menandakan upaya mitigasi yang dilakukan Pemkot sudah berhasil karena bisa menekan meluasnya persebaran virus.
“Penutupan sekolah bertujuan agar pelaksanaan PTM ke depan lebih baik. Sekolah juga bisa mengevaluasi bagian mana yang perlu perbaikan. Selain itu, orang tua juga tidak boleh lepas tanggung jawab menerapkan protokol kesehatan. Kolaborasi dan komunikasi keduanya menjadi kunci pelaksanaan PTM aman,” kata dia, dihubungi Solopos.com, Jumat (22/10/2021).
Baca Juga: Anak di Bawah 12 Tahun Bisa Naik Kereta, Kalau di Bawah 5 Tahun Gimana?
Ia menyatakan, orangtua wajib memonitor anaknya dan memastikan mereka langsung pulang ke rumah.
Sekolah sudah melakukan upaya mitigasi di antaranya mengecek seluruh sarana prasarana sebelum PTM berlangsung.
Di antaranya kelancaran air untuk mencuci tangan, penataan meja dan kursi untuk pembelajaran, dan lain sebagainya.
“Pengambilan sampel uji swab PCR acak itu upaya mitigasi. Tapi, kalau orangtua tidak ikut mengawasi, sekolah sangat terbatas pengawasannya. Masyarakat juga wajib ikut mengawasi,” imbuh Etty.
Total 68 Kasus
Satgas Penanganan Covid-19 Kota Solo merilis total temuan kasus Covid-19 di sekolah mencapai 68 orang hingga Kamis (21/10/2021).
Temuan bersumber dari pengambilan uji swab PCR acak yang menyasar 29 sekolah penyelenggara pertemuan tatap muka (PTM).
Jumlah sekolah itu sesuai arahan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Tujuannya, sampling dan mitigasi persebaran virus penyebab Covid-19.
Baca Juga: 68 Siswa dan Guru di Solo Terpapar Covid-19, Sebagian Warga Luar Kota
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan protokol kesehatan menjadi hal mutlak.
Salah satunya yang terjadi di SD Semanggi Lor. Di sekolah itu, Satgas hanya menemukan satu kasus dan tak ada tambahan lagi.
Artinya, protokol kesehatan dilakukan ketat sehingga virus tak menyebar ke siswa lain.
“Artinya, anak itu tidak tertular di sekolah. Kemudian saat swab acak dan ada temuan, kami bisa menekan persebaran,” jelasnya.
Ning, panggilan akrabnya, berharap sekolah tidak perlu khawatir dan justru melihat kejadian ini untuk menyusun strategi agar tidak lebih parah.
Jadi Model
Dalam rapat bersama Kemenkes, kejadian di Solo menjadi pembelajaran untuk daerah lain.
“Solo mau dijadikan model. Karena, Solo kasusnya naik karena mitigasi atau swab acak yang kami lakukan atau testing yang tinggi. Tetapi, sampel 29 sekolah kemarin hasilnya tidak buruk karena tak sampai 30% dari total siswa dan guru yang diambil swabnya,” beber Ning.