Kacang Rasa Telek Perkukut

Den Baguse memiliki hobi memelihara burung perkutut. Meski rumahnya tidak luas, Den Baguse tetap saja menambah koleksi perkututnya. Akibatnya kalau malam hari, burung perkutut itu memenuhi rumah Den Baguse.

Bahkan di ruang tamu, kalau malam hari digantungkan beberapa sangkar perkututnya. Mas Behi adalah teman bermain Jon Koplo, anak Den Baguse. Dia sering bermain, bahkan hanya untuk nonton televisi bersama Jon Koplo.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Pada suatu malam, Mas Behi mertamu ke rumahnya Jon Koplo. “Wah Jon ana film apek ki neng tivi, aku tak nonton neng omahmu yo,” kata Mas Behi kepada sohibnya saat mertamu.

Sudah seperti biasanya, Mas Behi langsung duduk di kursi empuk di ruang tamu untuk menunggu film yang akan diputar. Karena sudah terbiasa, Jon Koplo langsung menghidangkan makanan ala kadarnya. “Dab iki ana kacang, lumayan dienggo camilan karo nonton,” terang Jon Koplo.

“Wah kebeneran, enak iki,” jelas Mas Behi.

Tak berapa lama film mulai diputar, dan keduanya asyik nonton dibarengi dengan ngobrol ngalor-ngidul. Tak lupa keduanya nggayemi kacang yang ada di depan mereka.

Saking asyiknya nonton, sembari nonton, kacang yang dimakan terjatuh. “Belum lima menit,” gumam Mas Behi sambil memunguti kacang yang jatuh.

Namun tak berapa lama tiba-tiba Mas Behi merasakan ada perubahan pada rasa kacang yang dia makan. “Lha kok pahit iki kacange,” terangnya.

Merasa ada yang aneh, Mas Behi langsung memutahkan kembali kacang yang dia makan. Kemudian dia mengamati apa yang baru saja dia makan. “Lho iki kan duduk kacang, kok rupane kaya ngene, ireng-ireng,” katanya.

Jon Koplo yang ada di sebelahnya langsung ikut nimbrung. “Wooo alah Mas Behi, lha kuwi nek telek kutut, lha kok tok pangan, yo rasane pahit,” kata Jon Koplo sambil tertawa.

Begitu mendengar omongan Jon Koplo, Mas Behi langsung beranjak ke kamar mandi dan membuyarkan keasyikannya menonton film.

Nakku Cinta