SOLOPOS.COM - Warga Kota Palembang berolah raga di Jalan Jenderal Sudirman Palembang, Sumsel, Minggu (6/9/2015). Hari tanpa kendaraan bermotor (Car Free Day) yang biasa dilaksanakan setiap Minggu pagi di jalan tersebut tidak bisa diadakan karena gangguan kabut asap. (JIBI/Solopos/Antara/Nova Wahyudi).

Kabut asap Sumatra masih melanda sehingga dikhawatirkan memicu kanker paru-paru dalam jangka panjang.

Solopos.com, JAKARTA — Kebakaran hutan dan lahan yang kini menciptakan kabut asap di wilayah Sumatra dinilai berisiko menimbulkan penyakit kanker paru-paru dalam jangka panjang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Bambang Supriyatno menyampaikan keprihatinannya dan berharap bencana kebakaran hutan yang terjadi di sejumlah provinsi di Sumatra tersebut segera tertangani.

Sebagai Dokter Spesialis Respirologi, dia menilai persoalan utama jangka pendek yang akan banyak dialami masyarakat sekitar wilayah kabut asap tentunya penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Pada skenario terburuk, warga dikhawatirkan terjangkit kanker paru-paru dalam jangka panjang yakni dengan kurun waktu sekitar 15 tahun.

Bambang menyebut dampak yang timbul pada bayi atau anak balita akan lebih berat dibanding terhadap orang dewasa, kendati hal itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

“Hal paling ditakutkan adalah apakah betul akan terjadi kanker paru-paru atau tidak, itu perlu penelitian lebih lanjut,” katanya, Selasa(8/9/2015).

Sementara, hujan pada Rabu (9/9/2015) dini hari mengurangi kepekatan polusi asap kebakaran lahan dan hutan yang selama sepekan terakhir mencemari udara di Pekanbaru.

“Alhamdulillah, asap berkurang dan udara lebih segar karena hujan,” kata seorang warga Oki Sulistyanto di Pekanbaru.

Ia berharap semoga lebih banyak hujan turun sehingga aktivitas masyarakat bisa kembali normal, terutama untuk anak sekolah yang diliburkan selama hampir dua pekan.

Hujan turun dengan intensitas sedang sekitar pukul 04.00 WIB meski tidak merata di semua wilayah dan durasi tidak lama. Meski begitu, hujan terlihat cukup ampuh “melarutkan” asap yang sebelumnya sangat pekat menyelimuti Kota Pekanbaru.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sugarin, mengatakan jarak pandang di Pekanbaru membaik pada pukul 07.00 WIB menjadi 1.500 meter. Meski begitu, ia mengatakan masih ada wilayah lain yang diselimuti asap tebal, yakni di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu.

“Jarak pandang di Rengat hanya 500 meter karena asap,” ujar Sugarin.

Ia mengatakan secara umum Riau diprakirakan akan cerah berawan disertai kabut asap. Menurut dia, masih ada peluang hujan yang bisa memadamkan kebakaran dan menipiskan asap.

Berdasarkan Satelit Terra dan Aqua, lanjutnya, jumlah titik panas (hotspot) pagi ini sekitar pukul 05.00 WIB terdeteksi sebanyak 283 titik. Sumatera Selatan paling banyak hotspot dengan 123 titik, kemudian Jambi 86 titik, Riau 34 titik, Bangka Belitung 30 titik, Lampung sembilan titik, dan Bengkulu satu titik.

Dari jumlah titik panas di Riau, Sugarin mengatakan yang memiliki tingkat kepercayaan di atas 70 persen sebagai titik api kebakaran ada 24 titik.

“Titik api paling banyak di Indragiri Hulu dengan 17 titik, Pelalawan empat titik dan Indragiri Hilir tiga titik,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya