SOLOPOS.COM - Perahu bermotor menembus kabut asap menyusuri Sungai Barito di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Sabtu (10/10/2015). Kabut asap akibat kebakaran lahan yang semakin memburuk membuat pemerintah Kabupaten Barito Utara memperpanjang kondisi tanggap darurat kabut asap sampai 31 Oktober 2015. (JIBI/Solopos/Antara/Kasriadi)

Kabut asap yang melanda beberapa daerah di Indonesia menimbulkan keprihatinan.

Solopos.com, SOLO – Kabut asap akibat kebakaran hutan yang melanda Kalimantan dan Sumatra memunculkan gerakan melawan asap sejak September 2015 lalu. Pekan ini, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah menjadi saksi makin parahnya kabut asap yang menyebabkan kota gelap gulita. Cahaya matahari tak mampu menembus kepekatan asap hingga memperpendek jarak pandang.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Indeks partikulat kota tersebut tak terhitung lantaran alat mengalami kerusakan. Angka terakhir berada di posisi 2.900. Padahal, di batas 350 kondisi udara sudah dianggap berbahaya. Oksigen makin tipis, hingga menyebabkan beberapa orang melaporkan kehilangan anggota keluarganya (meninggal).

Tak hanya Palangkaraya, kota-kota lain seperti Pekanbaru, dan Jambi, kondisinya tidak jauh berbeda. Menilik akun Twitter Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, pekatnya kabut asap menyebabkan sensor satelit Terra Aqua tak mampu tembus. Padahal sensor tersebut berfungsi menghitung jumlah titik api yang terus bertambah.

Pesawat pemadam api dari Australia, Rusia, Malaysia, Jepang, dan Singapura berdatangan untuk membantu proses pemadaman. “Langit menguning. Jarak pandang 50 meter di perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 22-10-2015. Masya Allah,” tulisnya, Kamis (22/10/2015) sekitar pukul 06.52 WIB dengan menambahkan foto kondisi saat itu.

Setelah itu, Sutopo juga mengunggah beberapa foto kondisi daerah lain yang tak kalah mengerikan. Kabut asap berhasil melumpuhkan aktivitas warga. Koran Washington Post bahkan menulis keadaan ini mempengaruhi emisi karbon sampai 2 persen lebih. Kebakaran lahan berikut dampak yang ditimbulkannya menjadi masalah yang mendunia.

Keprihatinan tak hanya muncul dari pengguna Internet Indonesia, warga negara tetangga hingga peneliti asing turut menyampaikan duka asap. Salah seorang warga negara Malaysia, Steven Mak menulis surat terbuka lewat akun Facebook-nya yang ditujukan kepada Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi).

“Mari saya memotong basa-basi dan langsung ke poin utama. Terlampir adalah gambar saya dari Kuala Lumpur. Gambar atas adalah kondisi saat ini, sedangkan gambar bawah adalah kondisi hari biasa. Saya dan keluarga saya sakit – sakit tenggorokan, flu, sakit mata, batuk, sakit kepala, kesulitan bernafas, suhu tubuh tinggi. Ini mencekik kami. Asap ini harus dihentikan segera,” tulisnya dalam bahasa Inggris, Selasa (20/10/2015)

Ia kemudian menambahkan, “Menghirup udara bersih adalah kebutuhan dasar manusia. Anda tidak mampu memberantas masalah lama selama beberapa dekade ini. Terutama Pemerintah Indonesia, yang menyebabkan seluruh generasi menderita, sekarat perlahan, dan memperpendek hidup kita. Ini adalah krisis polusi buatan manusia. Bukan bencana alam,” tandasnya.

Steven kemudian menyebut bencana buatan manusia seharusnya dapat diberantas oleh pemerintah suatu negara. “Berhenti mencatut dengan mengorbankan nyawa manusia, sekarang! Ini bukan Hollywood atau film akhir peradaban. Ini nyata dan kita hidup dalam situasi kepanikan bencana. Anda PEMBUNUH jutaan manusia di Asia Tenggara. Dan saya akan terus meminta Anda berdua bertanggung jawab jika ada korban jiwa dalam keluarga saya. Terima kasih,” tutup Steven. Surat terbuka tersebut telah dibagikan oleh lebih dari 26.000 pengguna Facebook dengan harapan sampai ke telinga kedua pemimpin negara.

Akun Twitter NASA (National Aeronautics and Space Administration) Amerika Serikat, @NASA_EO selama beberapa hari terakhir mengunggah citra udara Pulau Sumatra dan Kalimantan. Di foto tersebut tampak asap tebal menutupi hampir seluruh bagian pulau.

“Asap dan kebakaran hutan di Sumatra Selatan,” ungkap caption foto yang diunggah pada Rabu (21/10/2015). Sebelumnya akun NASA Earth itu juga mengunggah tebalnya asap yang menyelimuti Kalimantan pada Selasa (20/10/2015).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya