SOLOPOS.COM - Lahan Gambut di Kalimantan (JIBI/Bisnis/Dok)

Kabut asap sempat membuat industri kelapa sawit jadi sorotan. Namun kini, pengusaha minta kelapa sawit menjadi komoditas strategis.

Solopos.com, NUSA DUA — Pengusaha kelapa sawit kembali meminta kepada pemerintah supaya minyak sawit ditetapkan sebagai komoditas strategis Indonesia. Justru belum lama ini, kebakaran lahan dan kabut asap membuat industri kelapa sawit jadi sorotan.

Promosi Peringati Hari Raya Nyepi, BRI Peduli Bagikan 1.000 Paket Sembako di Bali

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono memaparkan permintaan tersebut berdasarkan sejumlah pertimbangan seperti penyerapan tenaga kerja, pemberantasan kemiskinan, pembangunan daerah, dan penghasilan devisa yang terbesar.

Ekspedisi Mudik 2024

“Industri minyak sawit menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih 4 juta orang apabila dalam 1 keluarga rata-rata berjumlah 4 orang maka terdapat 16 juta orang yang mengandalkan hidupnya dalam industri minyak sawit,” katanya dalam pembukaan konferensi minyak sawit Indonesia di Nusa Dua, Bali, Kamis (26/11/2015).

Selain itu, minyak sawit juga dianggap berperan penting dalam pemberantasan kemiskinan, terutama di daerah terpencil atau pedesaan. Joko juga memaparkan minyak sawit berperan dalam pemerataan pembangunan daerah karena hampir semua perkebunan kelapa sawit berada di luar Jawa. Baca: Mendag: Dunia Tak Bisa Hidup Tanpa Minyak Sawit.

“Minyak sawit merupakan penghasil devisa terbesar untuk non oil and gas (minyak dan bumi) yang pada tahun 2014 menghasilkan devisa sebesar kurang lebih US$21 miliar atau 13,4% dari nilai total ekspor Indonesia,” katanya.

Joko menyampaikan hal tersebut di depan ratusan peserta konferensi serta sejumlah pejabat, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla yang memberikan pidato pembukaan dan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Panjaitan yang juga memberikan paparan.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Thomas Lembong juga tidak khawatir masalah kebakaran lahan dan lahan selama 2015 akan menghambat upaya negosiasi untuk memasukkan kelapa sawit sebagai environmental goods (produk ramah lingkungan).

“Bagi saya moto yang paling masuk akal, dunia tidak bisa hidup tanpa minyak sawit. Proporsi minyak sawit untuk total kebutuhan minyak nabati dunia saat ini sangat besar, tidak mungkin dihilangkan. Jika kebutuhannya dikurangi saja, hal itu akan mengakibatkan banyak masalah,” katanya di Jakarta, Kamis (19/11/2015).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya