SOLOPOS.COM - Verawati Joko Sutopo

Solopos.com, WONOGIRI — Kabupaten Wonogiri mencanangkan zero stunting atau nol kasus stunting pada 2023.

Pernyataan itu muncul saat Ketua Tim Penggerak PKK Wonogiri, Verawati Joko Sutopo, menjadi salah satu pembicara pada Solopos Talkshow Virtual bertema Menjawab Tantangan Gizi 2022 pada Rabu (9/2/2022). Acara itu juga disiarkan di Youtube Solopos TV.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Tercatat, stunting di Kabupaten Wonohiri per awal 2021 ini 14,07 persen, atau sebanyak 5.222 anak bawah lima tahun (balita) terdiagnosis mengalami stunting.

Baca Juga : BKKBN: Dari 100 Orang di Indonesia, 24 Orang di antara Alami Stunting

Ekspedisi Mudik 2024

“Ini sebuah cita-cita mulia yang tentu tidak mudah, mengingat kasus kompleks. Tapi, kami meyakini ini juga bukan hal yang mustahil jika semua stakeholder di Kabupaten [Wonogiri] berbaris tertib, bergerak ke arah yang sama. Jadi dikeroyok bareng-bareng,” kata Vera, sapaan akrab Verawati Joko Sutopo.

Istri Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, juga menyampaikan bahwa pembicaraan tentang stunting tidak bisa hanya soal angka. Namun, juga berbicara pada sisi kemanusiaan. Untuk itu, pihaknya mencoba memberikan sosialisasi dan intervensi secara langsung mengenai gizi.

“Bicara mengenai kualitas kehidupan manusia. Kami melihat stunting dengan aspek yang lebih luas, kemiskinan. Faktor lain penyebab stunting,” tutur dia.

Baca Juga : Wah, Beras Bervitamin dari Bulog Ini Diklaim Bisa Cegah Stunting Lho

Ubah Sasaran Sosialisasi

Sasaran sosialisasi dan edukasi mengenai stunting dan gizi bukan hanya kalangan orang tua, tapi juga remaja. Vera menyebut kalangan remaja sebagai calon ibu dan bapak. “Bagaimana mereka kami edukasi untuk memiliki skala prioritas pemanfaatan keuangan keluarga. Lalu memahami pentingnya gizi dan prioritas gizi pada 1.000 hari kehidupan pertama [bayi baru lahir],” ungkap dia.

Vera berupaya mengubah pola pikir masyarakat yang selama ini memiliki prinsip ‘sing penting wareg, tumbuh’. Sayangnya, mereka tidak peduli dengan gizi. Oleh karena itu, ia melibatkan kader dasawisma.

Vera juga mengkritik gaya bahasa saat sosialisasi harus sesuai dengan target agar tepat sasaran. “Sosialisasi harus tepat sasaran. Tidak lagi kader ke kader, tapi kader ke masyarakat. Komposisinya 20 persen kader PKK dan 80 persen masyarakat yang disasar. Masyarakat ikut terlibat, minimal mengamankan keluarga masing-masing dari stunting,” jelasnya.

Baca Juga : Angka Stunting di Jateng Turun 7%, Tapi…

Program Bumilimase

Selain sosialisasi, Kabupaten Wonogiri memiliki program Bumilimase atau ibu hamil dan balitas makan sehat untuk menekan stunting. Wonogiri mengeluarkan kebijakan penggunaan anggaran dana desa untuk pemberdayaan perempuan dan anak sejak dua tahun ini.

“Dipakai menurunkan angka stunting. Harapanya desa di Wonogiri gerak dalam satu parameter yang sama. Diawali pendataan jumlah ibu hamil, balita stunting atau risiko stuting. Lalu Pokja III PKK, puskesmas, ahli gizi, karang taruna menyiapkan makanan jadi,” tutur dia.

Alasan melibatkan karang taruna agar mereka kenal fenomena stunting di daerah masing-masing. Ia juga mencermati fenomena unik remaja putri saat ini. Mereka cenderung tak peduli soal makanan sehat dan bergizi.

Baca Juga : Turunkan Angka Stunting, Taman Sari Boyolali Gelar Festival Ceting

“Fenomena unik, anak-anak makan sesuatu yang viral bukan bergizi. Dipasang di Insttagram, banyak like, ayem. Ini jadi pencermatan. Ini kami kampanyekan ke remaja di Wonogiri. Mari keroyok stunting bareng-bareng. Pokoknya ben ora pusing, aja nganti stunting [pokoknya supaya tidak pusing, jangan sampai stunting].”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya