SOLOPOS.COM - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (JIBI/Solopos/Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama, Minggu (26/10/2014), diperkenalkan Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Sosial dalam Kabinet Kerja yang diumumkannya bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Kepresidenan Jakarta.

“Semoga tambah amanah, dan saya akan bekerja semaksimal mungkin,” kata Khofifah kepada wartawan di kediamannya, Jl. Pengadegan Timur Raya No. 11 Jakarta Selatan, setiba dari Istana Kepresidenan Jakarta, Minggu malam. Maklum, bukan sekali ini Khofifah menjadi menteri.

Promosi Jadi Merek Bank Paling Berharga di RI, Nilai Brand BRI Capai US$5,3 Miliar

Khofifah, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 19 Mei 1965, sejak muda aktif pada kegiatan sosial dan di berbagai organisasi sosial kemasyarakatan. Beberapa penghargaan diraihnya dari kegiatannya itu, antara lain penghargaan sebagai tokoh penggerak masyarakat dari Islamic Fair of Indonesia tahun 2011.

Alumni Universitas Airlangga Surabaya, itu merupakan sosok pekerja keras yang aktif dalam layanan lintas area. Muslimat NU yang dipimpinnya menjadi wahana menyalurkan segala gagasan dan kreativitasnya. Ia pernah menyelenggarakan training of trainer bagi tokoh lintasagama dalam membangun perspektif multikultur dan harmoni kehidupan antarumat beragama. Hampir semua daerah yang mengalami konflik sosial pernah ia datangi, antara lain Ambon, Sampang, Aceh, Ternate, Bitung, Sambas.

Ekspedisi Mudik 2024

Khofifah juga rajin berkeliling ke berbagai daerah tertinggal, terluar, dan terpencil untuk mengajarkan program kecakapan hidup. Lebih dari 79 kabupaten telah ia datangi untuk menyemai program pemberdayaan ekonomi melalui program kecakapan hidup, khususnya bagi kelompok yang telah selesai mengikuti program pemberantasan buta aksara.

Muslimat Tanam Pohon
Ia pun menggerakkan Muslimat NU untuk menjaga lingkungan hidup dan menanam pohon. Sebanyak 1,8 juta telah ditanam dalam kurun 2003-2007. Tahun 2011, Khofifah mendapat penghargaan dari Menteri Kehutanan atas kontribusinya mengggerakkan Muslimat NU menanam pohon.

Ia pun aktif melakukan pemberdayaan ekonomi perempuan. Terhitung selama tahun 1996-1997, ia telah keliling ke 16 provinsi untuk memediasi pembentukan koperasi. Hasilnya, tahun 2008, Muslimat NU berhasil membentuk Induk Koperasi An-Nisa’. Dari kiprahnya itu Khofifah mendapatkan penghargaan dari Menteri Koperasi dan UKM.

Aktivitasnya di bidang perkoperasian membuatnya dipercaya menjadi Wakil Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) yang membidangi Pemuda, Wanita dan Hubungan Daerah sejak 2010 sampai sekarang. Sebagai ketua umum Muslimat NU, banyak kerja sama yang telah dilakukan terkait upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi maupun anak balita, antara lain melalui Millennium Challenge Cooperation Indonesia (MCCI) dan Global Alliance for Vaccine Immunization (GAVI).

Kerja sama dengan lembaga donor asing ini, antara lain untuk perluasan cakupan imunisasi dan peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak. Melalui GAVI, telah terlatih lebih 21.000 kader kesehatan by name by addres di tingkat desa sebagai kader penggerak masyarakat.

Ia terus menggerakkan jajaran Muslimat NU agar terus meningkatkan layanan kesehatan maupun berbagai upaya promotif-preventif, khususnya melalui lembaga Himpunan Daiyah dan Majelis Ta’lim di lingkungan Muslimat NU yang saat ini telah mencapai 59.650 lembaga. Melalui layanan kesehatan ini, ia telah mendapatkan penghargaan dari Menteri Kesehatan dua kali, yaitu tahun 2006 dan 2014 melalui jaringan layanan di Muslimat NU, serta penghargaan dari BKKBN tahun 2014.

Panti Muslimat NU
Kerja sosial kemasyarakatan lainnya adalah melayani anak yatim, anak terlantar, dan anak fakir miskin lainnya, baik melalui sistem panti maupun nonpanti. Saat ini, di bawah kepemimpinannya, Muslimat NU memiliki 103 Panti Asuhan dengan sekitar 6.500 anak asuh dalam panti dan lebih 7.500 anak nonpanti.

Dalam bidang pendidikan, sejak tahun 2000 Khofifah diamanatkan sebagai ketua Umum Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial NU Khadijah Surabaya. Lembaga pendidikan itu saat ini mengasuh 2.692 murid mulai PAUD, TK, SD, SMP, SMA. Khusus SD, SMP, dan SMA sejak tahun 2011 telah mendapatkan ID 268 dari Cambridge University. Bahkan SMA Khadijah telah mendapatkan ISO 9001. Selain lembaga pendidikan, Yayasan Khadijah juga mengelola enam Panti Asuhan, Taman Penitipan Anak, dan rumah singgah terintegrasi untuk anak jalanan.

Sementara itu, Muslimat NU saat ini mengelola 14.350 Taman Pendidikan Al Quran, 9.986 Taman Kanak-kanak dan Roudlotul Athfal, 4.622 lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, 1.571 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, dan 10 Balai Latihan Keterampilan. Dari berbagai aktivitas pendidikan, tahun 2008, Khofifah mendapat penghargaan dari Kementerian Pendidikan Nasional, terkait dengan pemberantasan buta huruf melalui jaringan Muslimat NU.

Sedangkan untuk layanan kesehatan, saat ini Muslimat NU mengelola 108 Rumah Sakit/Rumah Bersalin dan Klinik. Lima tahun terahir yang dikembangkan adalah klinik hemodialisa untuk melayani pasien gagal ginjal.

Khofifah sering menyebut dirinya bukanlah politisi yang baik. Ibu empat anak –Patimasang Mannagalli Parawansa (21), Jalaluddin Mannagalli Parawansa (19), Yusuf Mannagalli Parawansa (17), Ali Mannagalli Parawansa (12) — hasil perkawinannya dengan mendiang Indar Parawansa ini merasa tidak suka dengan suasana yang sering sarat dengan berbagai kepentingan yang berdampak pada konflik.

“Meskipun komunikasi dan intensitas aktivitas saya sering bersinggungan dengan politik, tetapi terhitung mulai tahun 2005 saya bukan menjadi bagian dari pengurus partai apapun. Rasanya melayani umat lebih dekat dengan surga,” katanya.

Pidato Monumental
Politik bagi khofifah seperti pepatah Imam Al Mawardi, “Agama dan Kekuasaan itu seperti saudara kembar. Agama akan menjadi fondasi dan kekuasaan akan menjaganya.” Maka baginya, politik menjadi bagian dari upaya menata kehidupan masyarakat, agama, bangsa, dan negara.

Meski demikian, Khofifah bukanlah orang baru di kancah politik nasional. Aktivis perempuan ini tercatat sebagai anggota DPR paling muda kala maju dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namanya semakin dikenal publik kala membacakan pidato sikap Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dalam Sidang Umum MPR 1998.

Pidato Khofifah itu sangat monumental karena merupakan pidato kritis pertama terhadap Orde Baru di ajang resmi setingkat Sidang Umum MPR. Isi pidatonya berbeda dengan naskah yang dikirim untuk di-screening Mabes ABRI sebagaimana kelaziman di masa itu. Ia mengkritik Pemilu 1997 yang penuh kecurangan dan pertama kali ia memunculkan terminologi refomasi politik, melontarkan ide-ide demokratisasi.

Pascalengsernya Soeharto dan berakhirnya Orde Baru, Khofifah keluar dari PPP dan bergabung dengan PKB yang didirikan oleh Gus Dur dan tokoh-tokoh NU pada 1998. Pada 1999 ia kembali duduk di DPR sebagai wakil PKB. Sempat menduduki posisi Wakil Ketua DPR selama 22 hari, ia ditunjuk sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Kepala BKKBN oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Di lembaga legislatif Khofifah pernah menjabat sebagai pimpinan Fraksi PPP DPR RI (1992-1997), Pimpinan Komisi VII DPR RI (1995-1997), Ketua Komisi VI DPR RI (2004-2006), Ketua Fraksi PKB MPR RI (2004-2006), dan Anggota Tim Kerjasama Bilateral Parlemen Indonesia-Republik Rakyat Tiongkok (2004-2009).

Khofifah dua kali maju sebagai calon gubernur dalam Pilkada Jawa Timur, namun tidak berhasil. Meski demikian, jaringan yang dibangunnya selama dua kali mengikuti pilgub turut menjadi faktor bagi kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014 di provinsi itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya