SOLOPOS.COM - Siti Latifah Herawati Diah (Antara)

Kabar duka datang dari tokoh pers Siti Latifah Herawati Diah yang meninggal dunia.

Solopos.com, JAKARTA — Tokoh pers senior, Siti Latifah Herawati Diah, meninggal dunia di usia 99 tahun di Rumah Sakit Medistra Jakarta, Jumat (30/9/2016).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti dikutip Solopos.com dari Antara, Jumat, jenazahnya akan dimakamkan setelah Salat Jumat di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, berdampingan dengan kubur sang suami, Burhanuddin Muhammad Diah (1917 – 1996).

Siti Latifah Herawati Diah lahir di Tanjung Pandan, Belitung, 1917. Herawati Diah adalah adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ibunya Siti Alimah binti Djojodikromo dan ayahnya bernama Raden Latip.

Raden Latip adalah lulusan sekolah dokter Stovia tahun 1908, membuka praktek di pulau tetangga Bangka itu sebagai ahli medis perusahaan tambang timah Belanda.

Saat penyusunan cetakan kedua Ensiklopedia Pers Indonesia (EPI) terbitan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 2010, Herawati pernah menyatakan, tanpa melepas pendidikan agama Islam dan tradisi, Ibu Alimah mendorong anak-anaknya untuk merangkul gaya hidup Barat yang bertujuan mengimbangi kaum penjajah Belanda.

Pada tahun 1941 dia menjadi wanita pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar sarjana dari luar negeri. Ia menjalani studi di Barnard College, Universitas Columbia, New York, AS. Pada musim panas ia belajar jurnalistik di Universitas Berkeley, California.

Selesai studi, Herawati kembali ke Indonesia. Jepang menyerbu ke selatan dan menggulingkan semua pemerintahan jajahan Eropa di Asia Tenggara.

Ternyata, latar pendidikan Amerika yang dimilikinya sangat diperlukan guna menghadapi berbagai peristiwa-peristiwa genting yang melanda Indonesia. Maka, Herawati tergiring untuk menjalankan tugas-tugas jurnalisme.

Dia setengah dipaksa bekerja di stasiun radio penguasa militer Jepang yang membutuhkan penyiar berbahasa Inggris untuk keperluan propagandanya.

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu dan Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, dia sempat menjadi sekretaris pribadi menteri luar negeri pertama Indonesia Mr. Achmad Soebardjo.

Lalu, Herawati membantu suaminya menerbitkan koran pro-Indonesia Merdeka karena Republik Indonesia yang baru merdeka membutuhkan media komunikasi untuk melawan Belanda dan Sekutu yang ingin memulihkan rezim Hindia Belanda. Maka beredarlah harian Merdeka sejak 1 Oktober 1945.

Sejak bulan Oktober 1954, dia memimpin harian baru berbahasa Inggris, Indonesian Observer, untuk mengkampanyekan aspirasi kemerdekaan RI dan negara-negara masih terjajah, yang makin menggelora sejak penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung.

Khusus mengenai jurnalistik dan perempuan, Herawati menilai ada kesalahan. “Salah satu kesalahan itu adalah pengucilan berita-berita penting bagi umat manusia sebagai sekadar berita wanita. Berarti itu tidak dianggap penting. Padahal, sebenarnya menyangkut lebih dari separuh penduduk dunia. Persoalan wanita adalah persoalan setengah dunia, bukan persoalan sekelompok kecil masyarakat,” ujarnya.

Herawati sempat menyatakan banyaknya wartawan perempuan cukup melegakan dirinya. “Kini meningkatnya jumlah wartawan perempuan di dunia pers membesarkan hati saya. Saya yakin banyak yang sependapat dengan saya wanita dalam posisi lebih baik untuk memperjuangkan nasib sesamanya daripada laki-laki.

Herawati juga pernah mendampingi suaminya yang diangkat sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh di Cekoslowakia, kemudian Inggris dan terakhir Thailand  dalam periode 1959 hingga 1968.

Hingga akhir hayatnya, ia pun tetap rajin menulis dan membaca media massa berbahasa Indonesia maupun asing, bahkan menulis sejumlah buku dalam bahasa Indonesia dan Inggris. “Biar tidak cepat pikun,” ujar Herawati Diah, yang juga penerima Bintang Mahaputra pada 1978.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya