SOLOPOS.COM - Karangan bunga duka cita dipajang di sepanjang jalan masuk Ponpes Singo Ludiro, Laban, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (26/8/2017). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Kabar duka, pengasuh Ponpes Kholifatullah Singo Ludiro, Agung Syuhada, tutup usia.

Solopos.com, SUKOHARJO — Pendiri Pondok Pesantren Kholifatullah Singo Ludiro di Desa Laban, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, K.H. Agung Suprihadi Syuhada, meninggalkan pesan wasiat untuk anak keturunan serta para satrinya.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Agung Syuhada yang dikenal sebagai guru mengaji keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninggal dunia, Sabtu (26/8/2017), sekitar pukul 04.30 WIB. Jenazah pria kelahiran Ngawi 23 Maret 1970 itu dimakamkan Sabtu pukul 14.00 WIB di kompleks ponpes setempat. (baca: Innalillahi, Agung Syuhada Guru Ngaji Keluarga Jokowi Wafat)

Berdasarkan pengamatan, wasiat Agung Syuhada ditulis di sebuah monumen di dinding dekat pintu masuk Ponpes Kholifatullah Singo Ludiro, dan berbunyi:

“Untuk Anak, Cucu, Keturunan dan Santriku dimanapun kamu berada. Tegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Jangan takut kehilangan atau kekurangan apa yang kau miliki. Ketahuilah! Ketika Abi dirikan pesantren ini banyak caci maki, iri dengki bahkan fitnah yang keji. Kamu…harus teruskan perjuangan ini dengan keberanian. Untuk anak keturunanku, di dalam darah dagingmu itu mengalir keturunan darah singa. Pegang erat Alquran dan Assunnah. Bergurulah pada Kiai yang alim, berjamaahlah dengan ahlus sunnah waljamaah. Ingat!!!  Bukan hanya orang kafir saja yang memusuhimu. Wasiat ini dibuat di depan makam Rosul SAW (Madinah) dan di depan Kakbah (Mekah) Tahun 1434 H. Abi Agung Syuhada.”

Kiai Agung meninggalkan istri Lilis Patimah serta tiga anak yaitu Azka Aqiilah Nasywa atau Bunga, Alifah Fathimatuzzahro atau Mawar, dan Fawwaz Kholifatullah Singo Ludiro serta menantu bernama Muhammad Agus Salim.

Bunga mengatakan ayahnya sudah lama mengidap penyakit komplikasi. “Selama Agustus ini, Abi diminta mengisi tausiah di perusahaan selama 18 hari. Tausyiyah dimulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB sehingga kemungkinan kecapaian. Apalagi selain mengisi tausiah di perusahaan, Abi juga kerap mengisi jadwal pengajian. Setiap hari mengisi di tiga lokasi hingga tujuh lokasi,” kata dia.

“Bapak mungkin sudah punya firasat karena beberapa waktu lalu meminta adik Mawar berpindah sekolah di Solo dari Surabaya. Sekarang adik Mawar sudah dibujuk Umi dan sudah di Solo untuk ikut membantu mengajar di SMP dan SMA Ponpes Singo Ludiro. Mungkin itu firasat,” tambah dia.

Agung Syuhada juga meninggalkan ratusan santri yang selama ini dibimbingnya. “Ponpes Singo Ludiro memiliki 200 santri mulai SD, SMP dan SMA dan ada yang kuliah. Para santri dibebaskan biaya makan dan sekolah sehingga kelangsungannya perlu dipikirkan,” kata Muhammad Agus Salim, menantu Agung Syuhada.

Salim mengatakan almarhum pernah mengatakan untuk mencukupi kebutuhan ponpes dan santri dibutuhkan dana Rp80 juta per bulan. “Abi, mengajarkan semua santri untuk berhemat. Kini guru dan ayah telah tiada,” ungkap dia.

Diberitakan sebelumnya, Agung Syuhada selama ini dikenal sebagai guru mengaji keluarga Presiden. Sudah lebih dari 16 tahun ibunda Jokowi Sudjiatmi Notomiharjo, mengaji di tempatnya. Dua adik Jokowi, Ida Yati dan Titik Ritawati juga sering menimba ilmu agama di ponpes yang ada di pinggir Sungai Bengawan Solo itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya