SOLOPOS.COM - Warga dan anggota keluarga mengantarkan almarhum Fifandia Arif Arrahman alias Fandi, 10 ke permakaman yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya, Kamis (6/10/2016). (Trianto HS/JIBi/Solopos)

Kabar duka menyelimuti warga Menjing Sukoharjo. Putra terbaiknya meninggal dunia.

Solopos.com, SUKOHARJO — Warga Dukuh Menjing RT 003/RW 009, Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo mengaku kehilangan anak berprestasi dan pendiam, Fifandya Arif Arrahman, 10, Kamis (6/10/2016).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Fifandia Arif Arohman bocah asal Sukoharjo mengidap tumor mata (Trianto HS/JIBI/Solopos)

Fifandia Arif Arohman bocah asal Sukoharjo mengidap tumor mata (Trianto HS/JIBI/Solopos)

Anak kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo meninggal dunia di RSU Dr Sardjito, Yogyakarta, Rabu (5/10/2016) malam setelah menderita tumor mata. (Bantuan untuk Fandi Mengalir)

Penjelasan itu disampaikan tokoh pemuda setempat, Sarwito dan Gembong Wahyu Senoaji yang akrab dipanggil Erik Moto Lowo ditemui Solopos.com, di sela-sela takziyah di rumah duka. Keduanya menyatakan, jenazah Fifandya yang akrab dipanggil Fandi dimakamkan di permakaman umum Mbah Sagoh.

“Kami kehilangan anak berprestasi dan pendiam. Fandi pernah menjadi atlet beladiri di ajang Popda 2015. Dia [Fandi] orangnya baik dan tidak aneh-aneh. Kenakalannya layaknya seorang anak-anak,” kata Sarwito.

Sarwito dan Erik mengaku merinding bercerita tentang Fandi karena anak baik di lingkungannya. “Ayah Fandi atau Pak Suharno juga takmir masjid di daerah Menjing sehingga meninggalnya Fandi warga Menjing merasa kehilangan atlet berprestasi.”

Keduanya bercerita pada Rabu sore warga Menjing telah berencana menjenguk ke Yogyakarta setelah mendapat kabar Fandi kritis.

“Warga sudah mulai kumpul tetapi selang dua jam kemudian atau pukul 22.00 WIB mendapat informasi bahwa Fandi meninggal. Jenazah Fandi sampai di Menjing Kamis dinihari sekitar pukul 01.00 WIB. Kami tahunya Fandi meninggal karena penyakitnya yang sudah stadium tiga.”

Erik mengatakan selama Fandi opname warga Menjing sering menengok secara bergantian.

“Kepedulian warga Menjing boleh dibilang terlambat sehingga pengobatan Fandi terlambat. Namun, aksi sosial di car free day Sukoharjo menggalang dana Fandi Peduli menjadi bukti kepedulian pemuda Menjing untuk warganya. Ke depan empati di antara warga Menjing bisa bangkit kembali sehingga warga yang sakit bisa dicarikan pengobatan,” katanya.

Rasa kehilangan juga disampaikan guru MIN Mulur yang juga sukarelawan Fandi Peduli, Sidik Paripurna.

Ditemui di permakaman umum, Sidik mengatakan, pada 2015 Fandi menjadi salah satu wakil Kecamatan Bendosari di ajang Popda tingkat Sekolah Dasar (SD). “Dia [Fandi] langsung ditunjuk di cabang beladiri karena persyaratan terpenuhi.”

Diberitakan sebelumnya, kepedulian berbagai elemen Sukoharjo terhadap Fandi muncul akhir Agustus. guru dan siswa MIN Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjopernah menjenguk Fifandia Arif Arohman, 10, penderita tumor mata.

Mereka mendoakan agar Fandi cepat sembuh. Teman Fandi saat itu membentangkan poster bertuliskan semangat. Fandi dibawa ke Yogyakarta pada 5 September dan sejak itu menjalani opname hingga meninggal pada 5 Oktober atau selama sebulan perawatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya