SOLOPOS.COM - Jenazah Dr.Tunjung Hanurdaya Soeharso ditandu beberapa orang dan dibawa masuk ke Komplek makam Prof.Dr.Soeharso di Desa Seboto, Kecamatan Ampel, Boyolali, untuk dimakamkan, Selasa (6/9/2016) pagi. (Hijriah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Tunjung Hanurdaya merupakan putra bungsu Prof. Dr. Soeharso meninggal dunia Senin (5/9/2016).

Solopos.com, BOYOLALI — Komplek makam Prof.Dr.Soeharso di Desa Seboto, Kecamatan Ampel, Boyolali, Selasa (6/9) pagi, terasa begitu teduh. Kesunyian di kawasan tersebut sedikit demi sedikit pecah saat satu persatu pelayat dari berbagai daerah hadir di makam seorang pahlawan nasional tersebut. Baca: Dokter Tunjung Ketua YPAC Meninggal

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Para pelayat menunggu kedatangan rombongan yang membawa jenazah Dr.Tunjung Hanurdaya Soeharso, yang tak lain adalah putra bungsu Prof.Dr.Soeharso. Tunjung Hanurdaya yang merupakan Ketua Umum Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo, berpulang pada Senin (5/9/2016) sore di RS Tlogorejo, Semarang, karena sakit jantung.

Dia juga adik dari dokter senior ahli tulang, dr. Tunjung Sulaksono Soeharso, yang lebih dulu meninggal dunia pada November 2015. Baca: Dokter Senior Tulang Solo Meninggal

Sekitar pukul 10.30 WIB, rombongan pengiring jenazah tiba di komplek makam. Tunjung Hanurdaya dimakamkan tepat di samping makam ayah dan ibunya. Baca: Kiprah dokter Tunjung

Prosesi pemakaman berlangsung khidmat. Istri Tunjung Hanurdaya, Dyah Wijayadewi, kedua anaknya, dan keluarga besar Prof.Dr.Soeharso hadir dalam pemakaman. Pengurus YPAC Solo dan sejumlah dokter termasuk perwakilan direksi Rumah Sakit Orthopedi (RSO) Prof.Dr.Soeharso juga hadir dalam pemakaman tersebut.

Komunikasi Terakhir

Kakak kandung Tunjung Hanurdaya, Tunjung Wijayanto, menuturkan sepuluh hari yang lalu adalah komunikasi terakhirnya dengan sang adik bungsu. “Saya hubungi beliau, mencoba bertanya-tanya tentang tax amnesty. Kebetulan Tunjung Hanurdaya punya konsultan pajak jadi bisa menjelaskan. Setelah itu, saya belum sempat menghubungi lagi, kemarin terima kabar sudah berpulang,” ujar Tunjung Wijayanto.

Tunjung Sulaksono, Tunjung Wijayanto, dan Tunjung Hanurdaya, adalah tiga bersaudara. Tunjung Wijayanto mengenang adiknya sebagai sosok yang baik, pekerja keras, dan paling penurut dengan setiap kata-kata orang tua.

“Apapun yang disampaikan bapak ibu, apapun yang disarankan, pasti dituruti. Di antara kami bertiga, hanya dia yang paling penurut dengan orang tua. Jadi wajar dan sangat pas, jika hanya dia yang mungkin bisa menemani kedua orang sampai di peristirahatan terakhir.”

Tunjung Sulaksono sudah dimakamkan di Karangpandan, Karanganyar, dekat dengan pondok pesantren Isy Karima yang dia dirikan.

“Kalau saya mungkin nanti di Malang, karena sekarang saya tinggal di Malang,” tutur Tunjung Wijayanto, yang sebentar lagi genap berusia 70 tahun.

Dua pekan lalu, Tunjung Hanurdaya masih sempat mengunjungi YPAC Solo. Menurut Ketua II YPAC Solo, Mardiyanto, Tunjung Hanurdaya dalam kondisi sangat sehat meskipun sebelumnya sempat dirawat di RS Pertamina Jakarta karena sakit jantungnya kambuh.

“Namun dua pekan lalu masih terlihat sangat sehat. Kami sempat menggelar halalbihalal bersama, kemudian rapat mingguan. Dia juga sempat berkeliling di komplek YPAC,” ujar Mardiyanto.

Saat kunjungan terakhirnya itu, Tunjung Hanurdaya sudah meminta anak-anak binaan YPAC untuk mementaskan pertunjukan seni dalam acara pernikahan putranya yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.

“Kalau tidak salah Oktober besok beliau mau mantu. Beliau sudah minta anak-anak YPAC tampil di pernikahan anaknya. Sayang sekali, belum sempat terlaksana, beliau sudah berpulang.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya