SOLOPOS.COM - Bernadus Ardus M. Sawega. (Istimewa/Bentara Budaya)

Solopos.com, SOLO — Jurnalis senior Solo sekaligus kurator Bentara Budaya, Bernadus Ardus M. Sawega, 72, tutup usia, Minggu (30/1/2022), pukul 02.45 WIB. Jenazah disemayamkan di rumah duka, Cemani, Grogol, Sukoharjo, sebelum dimakamkan di TPU Wisma Langgeng, Cemani, Senin (31/1/2022), pukul 10.00 WIB.

Mendiang Ardus mengawali karier pertamanya sebagai wartawan di Majalah Midi. Midi merupakan majalah anak muda yang kali pertama terbit pada 11 Agustus 1973. Setelah itu, ia menjadi jurnalis Harian Kompas wilayah regional Soloraya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Tak sekadar menulis, Ardus Sawega, juga aktif dalam bidang seni dan budaya. Rekannya sesama Kurator Bentara Budaya, Efix Mulyadi, Minggu, mengatakan Bentara Budaya berdiri pada 1982 di Yogyakarta. Saat itu, mendiang, sudah aktif dan turut berkontribusi dalam berbagai kegiatan. Mulai dari menyumbangkan pemikiran, hingga turut membantu penyelengaraan pameran. Namun, memang tidak terlalu intens karena masih menjadi jurnalis Kompas dan tinggal di Solo.

Baca juga: Budayawan Solo: Mangkunagoro IX Berpikiran Terbuka, Sangat Peduli Kesenian

Balai Soedjatmoko

Pada 2009, kata Efix, Ardus paling getol memperjuangkan Balai Soedjatmoko jadi ruang kebudayaan. Kala itu, Balai Soedjatmoko ingin dijadikan sebagai tempat untuk menularkan pemikiran dan intelektualitas Soedjatmoko, khususnya dalam hal pengembangan seni dan budaya.

“Tadinya Balai Soedjatmoko hanya akan dijadikan sebagai petilasan, tetenger. Ardus yang memperjuangkannya untuk menjadikannya sebagai venue, lokasi yang mengambangkan bakat anak muda. Mengembangkan budaya Jawa,” kenang Efix yang juga rekan sesama mantan jurnalis Kompas.

Keteguhan Ardus Sawega untuk memperjuangkan Balai Soedjatmoko bukan isapan jempol belaka. Seingatnya, sang rekan, bahkan bersedia tombok untuk membiayai kegiatan di Balai Soedjatmoko pada awal dibuka. Sampai akhirnya Balai Soedjatmoko digandeng jadi bagian dari Bentara Budaya atau menjadi Bentara Budaya Solo. Bentara Budaya Solo jadi wadah berbagai kegiatan seni dan budaya Solo sekitarnya.

Baca juga: Pegiat Seni dan Budayawan di Klaten Berdoa Bersama agar Virus Corona Hilang

Sosok Ardus Sawega, menurut Efix, memiliki peran besar dalam menghidupkan seni budaya Kota Solo. Khususnya pada di wilayah akar rumput. Ardus, selalu aktif mengajak komunitas anak muda maupun komunitas seni budaya yang belum punya nama untuk manggung di Balai Soedjatmoko.

Di bawah kepemimpinan Ardus, pengurus Bentara Budaya Solo diajak bergerilya menggandeng potensi lokal yang belum mendapatkan panggung. Kesempatan itu mampu menumbuhkan semangat baru bagi para pegiat seni budaya Kota Solo. Sehingga menjadi harapan baru dan keinginan untuk terus tumbuh.

“Menurut saya, Balai Soedjatmoko itu ya Ardus. Buat dia, menjadi jurnalis karena memang pekerjaan. Kalau Bentara Budaya, adalah hobinya, hidupnya. Jadi ya kalau bicara Bentara Budaya Solo, ya Ardus Sawega,” kata Efix.

Baca juga: Gibran Buka Rahasia soal Masa Depan Kota Solo sampai Persis

Salah satu karya kuratorial Ardus Sawega yang membekas bagi Efix adalah pameran dan diskusi Wong Jowo Ilang Jawane. Pameran senirupa dan diskusi tersebut menghimpun banyak pemikiran Jawa dengan melibatkan banyak perupa.

“Dia secara terus menerus membuat masyarakat punya perhatian lebih pada perkembangan budaya jawa, dalam kancah pergaulan dengan berbagai budaya lain, yang tumbuh di Solo dan Indonesia. Wujudnya dengan berbagai kegiatan, misalnya pameran dan diskusi,” kata Efix.

Tak hanya aktif di Bentara Budaya, komitmen Ardus pada pengembangan kebudayaan juga diwujudkan lewat organisasi. Ia aktif menjadi pengurus Sekretariat Nasional Wayang Indonesia (Senawangi). Hingga jelang tutup usia, mendiang masih dipercaya menjadi Komite Pakar Senawangi.

Baca juga: Wow! Lampion Shio Macan Hiasi Plaza Balai Kota Solo Sambut Imlek

Pengelola Bentara Budaya Yogyakarta, Yunanto, Minggu, mengatakan bahwa sang senior merupakan pribadi yang sangat baik, juga mau belajar dengan anak muda. Mendiang sangat mencintai kebudayaan, dan peduli pada heritage. Kepeduliannya diwujudkan dalam berbagai program di Bentara Budaya, maupun lewat tulisan. Sampai saat ini, Yunanto menilai Ardus sebagai penulis berita seni budaya terbaik yang dimiliki Kompas.

“Tulisan Mas Ardus mampu menjadikan pembaca memahami isi tulisan dengan begitu bagus,” katanya saat diwawancara Espos melalui chat Whatsapp, Minggu pagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya