Solopos.com, SEMARANG – Kabar duka datang dari Universitas Diponegoro atau Undip Semarang. Kampus perguruan tinggi negeri (PTN) di Semarang, Jawa Tengah (Jateng) itu baru saja kehilangan seorang guru besarnya, Prof. Dr. dr. Ag. Soemantri, SpAK.S.Si.
Guru besar bidang hematologi onkologi itu tutup usia pada Senin (21/9/2020) malam. Prof. Soemantri meninggal diusia 83 tahun dan meninggal tiga putri serta 6 orang cucu.
Promosi BRI Peduli Salurkan Bantuan bagi Warga Terdampak Banjir di Sumbar dan Jabar
Kabar duka meninggalnya Prof. Soemantri itu disampaikan Kepala Sub Bagian Humas Undip Semarang, Utami Setyowati, Selasa (22/9/2020).
"Undip telah kehilangan guru besar dari Fakultas Kedokteran, Prof. Dr. dr. Ag. Soemantri, Sp. AK., S.Si. Beliau meninggal Senin malam. Almarhum merupakan salah satu pakar Undip di bidang hematologi onkologi. Beliau juga dikenal sebagai dokter spesialis anak yang ramah dan memiliki jiwa sosial tinggi," ujar Utami dalam keterangan resmi.
Satgas Covid-19 Solo Tak Restui Balap Lari di Jalanan
Utami menambahkan pihak kampus pun merasakan kehilangan yang sangat besar atas kepergian Prof. Soemantri. Penghormatan terakhir pun diberikan kepada Prof. Soemantri melalui upacara persemayaman yang digelar di Gedung Auditorium Kampus Undip, Pleburan, Semarang, Selasa pagi.
Bertindak sebagai inspektur upacara adalah Wakil Rektor Undip Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Budi Setiyono.
Budi mengatakan semasa hidup Prof. Soemantri memiliki dedikasi besar terhadap keilmuan di bidang hematologi dan onkologi. Kiprah almarhum di bidang medis mengharumkan nama Undip Semarang.
"Banyak hal dan pengabdian yang sudah diberikan almarhum Prof. Soemantri untuk masyarakat terutama untuk kesehatan dan kesembuhan anak-anak yang sakit kanker dan gangguan pada darah," ujar Budi.
Tanggapi Aksi Hitamkan Solo, Danrem Warastratama: Kami Siap Hijaukan!
Pengabdian
Beberapa pengabdian yang sudah dilakukan di antaranya menjadi Wakil Ketua PMI Kotamadya Semarang mulai 1987 hingga sekarang. Pencetus dan Penasehat Yayasan Hematologi Yasmia Semarang mulai 1994-sekarang.
Pencetus dan Penasehat Persatuan Orang Tua Penderita Thalassemia dan Persatuan Orang Tua Penderita Hemophilia Semarang mulai 1993-sekarang. Pencetus Yayasan Yastri yang menangani penderita yang tidak mampu yang dirawat di RSUP Kariadi dari 1994-sekarang. Penasehat ahli dan ikut merintis Yayasan Onkologi Indonesia di Jakarta.
"Serta masih banyak lagi pengabdian beliau lainnya sesuai kepakarannya di bidang hematologi dan onkologi," imbuh Budi.
Jokowi: Pilkada Serentak 2020 Jalan Terus, Tidak Akan Ditunda!