SOLOPOS.COM - Ilustrasi. Sejumlah waria menggelar aksi memperingati Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember di Gladak Solo, Sabtu (1/12/2012). (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

Solopos.com, JOGJA – Belasan transpuan di Jogja dilaporkan meninggal akibat kurangnya akses ke layanan kesehatan dan berbagai faktor lain dari penyakit yang dideritanya selama pandemi Covid-19.

Pelaksanaan PPKM Darurat membuat kehidupan para transpuan di Jogja kian sulit hingga mesti bersandar pada bantuan dan solidaritas masyarakat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Koordinator Waria Crisis Center (WCC), Rully Malay mengatakan, ada 11 transpuan yang meninggal di masa pandemi Covid-19. Secara umum penyebabnya dikarenakan oleh penyakit penyerta seperti paru, jantung, ginjal dan lain sebagainya. “Situasinya lebih kepada gizi buruk, depresi dan penyakit penyerta lainnya,” kata dia, Kamis (15/7).

Baca juga: Pemkab Bantul Dorong Desa Miliki Tim Pemulasaraan Jenazah

Para transpuan Jogja yang sakit juga tidak bisa mengakses layanan BPJS Kesehatan karena terkendala dari sisi administrasi yakni KTP. Satu-satunya layanan yang dapat mereka manfaatkan akses yakni Balai Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (Bapel Jamkesos). Hanya saja, layanan itu cuma diperuntukkan bagi warga khusus DIY dan juga warga terlantar.

“Bisa tapi harus buat surat keterangan warga terlantar di kepolisian padahal kan tidak,” ujarnya.

Rully menambahkan, untuk itu pihaknya membuka jaringan solidaritas untuk membantu para transpuan Jogja yang terdampak akibat pandemi Covid-19. Mereka mengumpulkan donasi dan kemudian menyalurkannya dengan bentuk vitamin, masker, sembako, uang tunai dan lain sebagainya.

“Jadi lebih mengurus persoalan krisis yang dialami teman-teman waria,” ungkapnya.

Baca juga: Catat, Vaksinasi Untuk Anak Di Kulonprogo, Agustus Mendatang

Transpuan Jogja Terdampak PPKM

Pihaknya membuka layanan donasi sampai tanggal 20 Juli mendatang akibat penerapan PPKM Darurat. Sedikitnya 280-an transpuan terdampak dan tidak bisa mencari nafkah akibat kebijakan itu.

“Banyak yang sakit dan isolasi mandiri, mereka juga tidak ada tabungan jadi memang butuh bantuan,” katanya.

Kondisi ini memang menjadi dilema bagi para transpuan di Jogja. Dengan dibatasinya aktivitas bagi masyarakat, banyak dari mereka yang terdampak dari sisi penghasilan. Bantuan dari pemerintah pun tak kunjung didapat. “Akhirnya memaksakan diri bekerja sampai larut malam dan jadi jatuh sakit,” ungkap dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya