SOLOPOS.COM - Kepala DLH Sukoharjo, Djoko Sutarto (kanan), bersama dosen pascasarjana UNS Solo, Prabang Setyono, menunjukkan proses penanganan limbah di Pabrik PT RUM Sukoharjo, Senin (5/2/2018). (Solopos/dok)

Bau busuk dari limbah PT RUM Sukoharjo disebut-sebut tercium sampai ke Wonogiri.

Solopos.com, SUKOHARJO — Masyarakat terdampak bau limbah PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Kecamatan Nguter, Sukoharjo, masih mengeluhkan bau busuk yang mengganggu mereka. Bau tak sedap itu bahkan dirasakan juga oleh warga Wonogiri yang berbatasan langsung dengan wilayah Nguter.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bau menyengat itu paling tajam tercium setelah hujan. Waktunya berbeda-beda setiap harinya mulai pagi, siang, hingga malam. Warga terdampak menilai bau menyengat belum berkurang sejak kali pertama muncul kendati dari manajemen pabrik mengklaim sudah berhasil mengurangi bau limbah mereka.

Bau menyengat juga dirasakan masyarakat Kelurahan Wonokarto dan Desa Purworejo, Kecamatan Wonogiri. Salah seorang warga Nguter, Sular, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (10/2/2018), mengatakan bau menyengat terus muncul.

Ekspedisi Mudik 2024

“Wah baunya malah ngalek-alek [menyengat dan tidak hilang]. Efeknya sekarang saya terus watuk-watuk [batuk-batuk]. Bau hampir tiap hari tetapi waktunya tidak menentu, kadang pagi, siang, sore, dan malam.”

Baca:

Hal senada dikatakan Teguh, warga Desa Gupit, Kecamatan Nguter. “Bau masih ada jika habis hujan. Alhamdulillah sudah berkurang tetapi jika turun hujan bau masih muncul terus. Sekarang ini musim hujan sehingga masih ada bau,” katanya.

Terpisah, warga Wonokarto, Wonogiri, Paino, dan warga Purworejo, Wonogiri, Tanto, yang ditemui secara terpisah juga mengaku mencium bau busuk yang diduga dari limbah PT RUM. “Di Wonokarto bau banget. Kami warga Wonokarto sangat terganggu dengan bau menyengat, seperti septic tank. Apakah ini juga dari PT RUM?” ujar dia.

Dia mengatakan bau itu sudah beberapa hari tercium apalagi sehabis hujan. “Kami sempat bingung. Kami kira WC bocor, ternyata setelah cek tidak. Bau terjadi di rumah maupun kantor di Selogiri tetapi kami belum bisa memastikan dari PT RUM.”

Sementara itu, dosen pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prabang Setyono dalam pesan Whatsapp yang dikirim ke Solopos.com, mengatakan bau di Wonogiri perlu diinvestigasi. Dia menyatakan masih konsentrasi mengurusi bagian teknis dalam pabrik khususnya dalam rekayasa lingkungan.

“Rekayasa lingkungan dalam hal untuk mengoptimalkan penyerapan kebauannya dan evaluasinya diharapkan informasi proaktif dari masyarakat sendiri. Masyarakat dan tim independen dari UMS agar menginfokan kepada kami secara objektif pengurangan kebauannya berupa lokasi, waktu, dan situasinya seperti apa,” kata dia.

Berdasarkan masukan masyarakat nanti dilakukan skenario ketiga dengan penambahan NaOH pada sistem pengabutan atau wet scrubber yang fungsinya mengoptimalkan penangkapan gas H2S-nya sebagai penyebab kebauannya di mana gas tersebut akan terurai menjadi garam, kemudian akan mengendap sehingga lebih mudah dalam proses penanganannya.

Menurutnya, skenario itu akan terus disempurnakan dengan rekayasa lain untuk mencari sistem yang paling tepat untuk mengurangi bau. “Silakan laporkan kepada kami progres treatment kami dan akan kami tindak lanjuti. Alat monitoring belum berfungsi optimal. Itulah yang masih menimbulkan bau sehingga selalu kami evaluasi dan rekayasa kembali menuju efektivitasnya instrumen rekayasa lingkungan tersebut,” jelasnya.

Prabang berharap masyarakat tetap optimis dengan upaya yang dilakukan tim independen dan PT RUM. “Masyarakat diharapkan tetap optimistis karena kita juga terus melakukan upaya mitigasi untuk mengatasi kebauan dengan berbagai pendekatan mitigasi kebauannya semaksimal mungkin. Posisi saya diminta oleh Pak Bupati sebagai tenaga ahli untuk membantu memediasi dan memberikan arahan teknis dalam mitigasi gas kebauannya melalui rakayasa lingkungan dengan berbagai skenario teknis rekayasa.”

Prabang mengakui masyarakat juga telah memberikan laporan dampak bau dan beragam persepsi sehingga perlu diverifikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya