SOLOPOS.COM - Djoko Subinarto (Istimewa/Dokumen pribadi)

Journalism is about results. It’s about affecting your community or your society in the most progressive way (Anas Aremeyaw). Kemajuan teknologi digital telah mengakibatkan perubahan besar dan dahsyat dalam cara para jurnalis sera kini menghasilkan produk-produk jurnalistme.

Teknologi Internet telah mendorong digitalisasi informasi yang memungkinkan para jurnalis dapat dengan lebih mudah dan lebih cepat mengolah dan menyajikan berbagai informasi termutakhir untuk khalayak.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Secara umum, jurnalisme berkaitan dengan segala aktivitas pengumpulan, pengolahan, dan pendistribusian informasi untuk khalayak. Salah satu fungsi penting jurnalisme yaitu meningkatkan kesadaran publik atas isu-isu yang berkembang dalam masyarakat.

Fungsi penting lainnya adalah mengubah dan membentuk opini publik dan mendorong pengambilan keputusan–di level personal, sosial, maupun institusional. Berbagai isu berkembang di tengah masyarakat. Isu-isu itu kemudian ditangkap media, dipilah, diolah, dan kemudian disajikan dalam berbagai kemasan informasi yang layak konsumsi.

Sebagai sebuah entitas bisnis, media, dalam hal ini media arus utama, senantiasa mengalkulasi isu-isu mana yang layak jual sehingga mampu menarik minat pembaca, pemirsa, pendengar, dan–tentu saja–pengiklan yang ujungnya berimbas pada perolehan profit finansial bagi perusahaan media.

Sudah barang tentu ini bisa dimaklumi. Bagaimanapun pada era kiwari pengelola media perlu dukungan dana yang tidak sedikit untuk bisa bertahan dalam persaingan bisnis media yang kian sengit.

Tidak ada institusi media yang berdiri sekarang ini dengan hanya bermodal idealism. Selalu dibarengi dengan hitungan bisnis. Kendatipun pertimbangan bisnis menjadi hal pokok dalam menjalankan roda perusahaan media dewasa ini, sesungguhnya tidak sepantasnya aspek-aspek idealism yang berbasis nilai-nilai luhur ditinggalkan.

Bagaimanapun media tetap memiliki kewajiban untuk senantiasa menjunjung tinggi idealisme yang muaranya adalah kebaikan bagi masyarakat luas. Sejarah dengan jelas mencatat, media kita—pers–lahir dari spirit media perjuangan yang sarat idealisme, bukan dari spirit media kapitalistik yang sarat pragmatisme ekonomi.

Dalam konteks inilah, aktivitas jurnalisme mesti dipahami bukan hanya sebatas pengumpulan, pengolahan, dan pendistribusian informasi yang kemudian diharapkan berbuah pada keuntungan ekonomi.

Lebih jauh dari itu adalah informasi yang dihasilkan dan kemudian disajikan pada akhirnya mampu ikut meningkatkan kesadaran publik, mengubah dan membangun opini public, bahkan mendorong pengambilan keputusan secara tepat demi tujuan kebaikan bersama.

Perubahan Lanskap

Memasuki era revolusi industri 4.0, yang ditandai dengan banyak perubahan serta guncangan yang menerpa berbagai sektor kehidupan kita, lanskap bisnis media lokal, nasional, regional, maupun internasional mengalami perubahan besar.

Kemajuan teknologi digital tak telah membuat perubahan dalam memproduksi informasi. Begitu juga cara orang mengonsumsi produk-produk media massa. Keberadaan Internet dan world wide web serta media sosial telah mendorong digitalisasi informasi yang memungkinkan khalayak dapat dengan sangat mudah dan cepat mengakses berbagai informasi termutakhir secara daring (online).

Dulu seorang reporter media cetak setelah meliput sebuah peristiwa dan mendapatkan data-data yang dibutuhkan harus segera ngacir menuju kantor redaksi untuk mengetik naskah berita secara manual, kemudian menyerahkan kepada redaktur desk.

Ketika mereka kebetulan berada jauh dari kantor redaksi, mereka mesti segera meminta kurir mengirimkan naskah yang telah ditulis ke kantor redaksi atau mengirimkan melalui mesin faksimili.

Redaktur membaca satu per satu kertas naskah dan mengoreksi sebelum naskah-naskah itu ditik ulang oleh redaktur yang bersangkutan atau oleh bagian pengetikan naskah. Lain lagi ceritanya dengan para reporter foto.

Setelah mendapatkan foto yang diperlukan, mereka terlebih dulu harus pergi ke studio foto untuk mencuci dan mencetak foto dan barulah bisa menyerahkan foto-foto yang dibutuhkan kepada redaktur foto–secara langsung, melalui kurir, atau dengan memanfaatkan perangkat telefoto.

Itu semua proses yang cukup membutuhkan waktu dan melelahkan. Bandingkan dengan sekarang. Dengan memanfaatkan telepon pintar maupun komputer jinjing, reporter mengetik laporan serta mengolah foto mereka dan mengirimkan ke meja redaktur dengan memanfaatkan saluran Internet hanya beberapa saat seusai naskah dan foto itu dibuat.

Para redaktur kini tidak lagi membaca kertas-kertas naskah para reporter. Koreksi dan penyuntingan naskah langsung dilakukan dengan menggunakan komputer oleh para redaktur yang membaca naskah-naskah reporter mereka di layar monitor komputer masing-masing.

Mengikuti perkembangan zaman pula, dewasa ini hampir semua perusahaan media cetak telah memiliki divisi online. Lewat jalur media online inilah pemutakhiran atau updating berita dapat dilakukan menit per menit, bahkan bisa detik per detik.

Selain menampilkan teks dan gambar, media online juga dapat menampilkan video yang sifatnya live maupun yang pre-recorded. Untuk keperluan versi online, sebagian reporter media cetak saat ini selain harus melaporkan sebuah kejadian dalam bentuk teks dan gambar juga perlu melengkapi dengan tampilan video.

Dalam hal ini reporter melakukan pekerjaaan borongan atau multitasking, yakni melakukan beberapa hal sekaligus dalam waktu bersamaan. Artinya seorang reporter bisa saja menjadi penulis, pemotret dan pemvideo dalam waktu yang bersamaan. Semestinya, agar hasilnya maksimal, idealnya seseorang itu hanya melakukan satu pekerjaan dalam rentang waktu tertentu.

Dengan demikian, untuk menghasilkan sebuah produk jurnalisme yang terdiri atas teks, gambar, dan video, semestinya harus melibatkan sedikitnya tiga orang. Dengan kata lain, tiap-tiap tugas pekerjaan idealnya ditangani oleh satu orang, bukannya dilakukan sekaligus oleh hanya satu orang.

Clickbait



Hal lain yang mengemuka terkait perkembangan jurnalisme pada era online ini adalah munculnya istilah jurnalisme clickbait dan jurnalisme mesin pencari. Dalam konteks ini, produk-produk jurnalisme disajikan sedemikian rupa semata-mata demi mengejar sebanyak mungkin klik dari para pengguna Internet dan juga agar secepat mungkin tampil di urutan terdepan di mesin pencari.

Maka, tak jarang, alih-alih berlomba menyajikan produk-produk jurnalisme yang berkualitas, sebagian media di kanal online kini terjebak pada kecenderungan menyuguhkan produk-produk ”jurnalisme” yang cenderung sensasional dan mengejar jadi viral demi meraup sebanyak mungkin clikbait dan agar mudah serta cepat dikenali oleh mesin pencari.

Ujungnya, fungsi penting jurnalisme, yaitu untuk meningkatkan kesadaran publik atas sejumlah isu yang berkembang dalam masyarakat, mengubah dan membentuk opini public, serta mendorong pengambilan keputusan secara tepat tidak jarang kemudian terkesampingkan.

Aspek inilah yang kiranya perlu mendapat perhatian serius para pengelola dapur redaksi (newsroom) media online saat ini. Jangan sampai hanya karena tuntutan mengejar jumlah klik dan jumlah kunjungan di website serta tuntutan agar mudah dan cepat dikenali mesin pencari, kualitas produk jurnalisme yang disajikan malah diabaikan sehingga akhirnya sama sekali tidak menghasilkan kebaikan apa pun bagi masyarakat luas.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya