SOLOPOS.COM - Leader JAT, Letkol Pnb Feri “Mirage” Yunaldi (paling tengah) bersama member JAT lainnya berpose di depan gedung Jupiter seusai show di udara dalam Sertijab Danlanud Adisutjipto pekan lalu. (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Harianjogja.com, JOGJA-Sempat mati suri selama beberapa tahun, tim aerobatik TNI AU kini kembali dikenal oleh dunia. Bernama Jupiter Aerobatic Team (JAT). Para penerbang muda dengan keberaniannya mampu menyulap pesawat latih menjadi pesawat  aerobatik.

Enam pesawat latih KT-1B Wong Bee bermotif merah dan putih menari di langit Jogja saat Sertijab Danlanud Adisutjipto pekan lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Smoke trail berwarna putih tersisa selama beberapa menit di udara meski pesawat telah meninggalkan area manuver. Tontonan ekstrem itu tentu membuat kagum banyak orang. Karena tidak semua anggota TNI-AU mampu melakukannya. Mereka yang bisa duduk di kokpit KT-1B Wong Bee dengan manuver ekstrem hanya anggota TNI-AU terbaik.

Ekspedisi Mudik 2024

“Ada lima manuver Jupiter roll, arrow head loop seperti daun, clover leaf, roll back dan bomb burst sebagai salam perpisahan. Kalau show resmi ada 18 manuver,” ungkap Leader JAT, Letkol Pnb Feri “Mirage” Yunaldi saat ditemui seusai pesawat mendarat.

Kemampuan tim aerobatik kerap menjadi salah satu parameter kemampuan tempur suatu negara. Menengok sejarah, TNI AU mulai memiliki tim aerobatik sejak 1970 dengan empat pesawat MiG-17. Kemudian ada Tim Aerobatik “Spirit 78” dengan F-86 dilanjutkan dengan “Spirit 85” dengan Hawk MK-53. “Blue Falcon” atau Elang Biru yang kini lebih banyak dikenal dengan JAT tersebut.

Pada 2001 JAT pernah menjadi tim aerobatik pertama di dunia dengan jenis pesawat berbeda, yakni Hawk 100/200, Hawk MK-53 dan F-16. Setelah sempat mati suri, kebangkitan JAT kembali muncul saat Indonesia mampu memboyong pesawat latih KT-1B Wong Bee dari Korean Aerospace Industries pada 2003.

JAT atau lebih dikenal The Jupiter melakukan show launching di Lanud Adisutjipto  saat HUT TNI AU 9 April 2011 dengan dimotori dua penerbang muda saat itu yakni Letkol Pnb Ramot Sinaga (leader) dan Mayor Pnb Feri Yunaldi.  Memasuki 2014, leader dipegang oleh Feri Yunaldi yang kini berpangkat Letkol.

Selain Letkol Pnb Feri Yunaldi, sejumlah perwira TNI-AU yang dipercaya sebagai member JAT antara lain Kapten Pnb Ripdho “Mohawk” di right wing, Kapten Pnb April “Cheetah” Arfianto posisi left wing. Serta Mayor Pnb Ari “Herky” Susiono di Slot, Mayor Pnb Sri “Martin” Raharjo berposisi sebagai lead synchro. Kemudian Mayor Pnb Marcellinus “Liger” Dirgantara sebagai synchro, lalu sebagai narator-nya Kapten Pnb Anwar “Weasel” Sovie dan Instructor yakni Letkol Pnb Onesmus GRA yang bercallsign “Pecker”. Regenerasi 2014 yang juga ikut tampil pekan lalu yakni  Kapten Pnb Idam “Godham” Satria dan Kapten Pnb Made “Rider” Yogi.

“Regenerasi menjadi tantangan terbesar bagi kami. Bisa ganti tiga sampai empat member, karena ada yang melanjutkan pendidikan dan kembali ke kesatuan. Kalau tim luar negeri khusus, mereka bisa sampai dua tahun baru ganti member,” ungkap pria yang pernah belajar aerobatik di Roulettes Australia ini.

Tetapi member JAT bisa memanfaatkan tantangan itu sebagai keunggulan. Mereka sangat menjunjung tinggi kedisiplinan. Dalam berbagai event yang dijalani, mereka harus memastikan bahwa tim mampu tampil karena keterbatasan cadangan. Tidak saja kedisplinan soal latihan kerja tapi sampai kedisiplinan soal makanan dan menjaga kesehatan. Diet selalu dilakukan, tapi bukan dengan makanan istimewa. Para duta angkasa ini makan sebagaimana layaknya anggota TNI lainnya.

“Makanan tidak ada pantangan, tidak ada yang eksklusif, tapi ada diet biasanya sesuai anjuran dokter. Misalnya ada yang makan nasi diganti beras merah. Kalau mau tampil ya kurangi makan pedas. Karena cadangan kami terbatas,” ucap pria kelahiran Pariaman 11 April 1976 ini.

Selain soal makanan, seluruh anggota juga harus cek kesehatan sebelum akan terbang. Karena ruang udara di ketinggian sangat membahayakan jika pilot pesawat tempur tidak dalam keadaan fit. “Semuanya dikontrol mulai dari kolesterol, gula darah, tekanan darah harus sehat,” imbuh Kapten Pnb Idam Satria. Pria yang pernah mengawaki Hawk MK-100/200 buatan British Aerospace, Inggris ini merasa bangga bisa lolos menjadi anggota JAT. Ia turut andil saat JAT menari di atas Monas, Jakarta pada Independence Day Run beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya